KOMPAS.com – Saat ini sebagian besar masyarakat, khususnya yang tinggal di kawasan urban, telah menyadari dampak gaya hidup mereka terhadap lingkungan.
Berbagai kampanye terkait isu lingkungan seringkali dikumandangkan dan disosialisasikan, salah satunya adalah mengurangi penggunaan sampah plastik, baik dalam bentuk botol dan gelas minuman maupun kantong belanjaan yang sering kita gunakan.
Sebagai ganti dari kantong plastik, terdapat berbagai macam bahan kantong belanjaan alternatif yang selama ini dinilai memiliki dampak lingkungan lebih baik. Namun, apakah benar demikian?
Berikut adalah beberapa jenis bahan kantong belanjaan serta dampaknya masing-masing terhadap lingkungan.
Baca juga: 40 Tahun Terkubur, Plastik KFC Masih Utuh
Plastik sekali pakai
ila dibandingkan dengan kantong yang dapat digunakan kembali, kantong jenis ini memberi dampak kecil terhadap lingkungan, dengan syarat bahwa kantong dibuang dan didaur ulang dengan cara yang tepat dan cepat.
Sayangnya, kenyataan yang dijumpai di lapangan tidaklah demikian.
Diperkirakan hanya sekitar lima persen dari total jumlah kantong plastik sekali pakai yang didaur ulang atau dibuang dengan metode landfill. Sisanya justru tersebar sebagai limbah yang merusak berbagai ekosistem, dan bahkan dapat dijumpai di lokasi terpencil sekalipun, seperti puncak gunung atau dasar palung samudera.
Bahkan, jika kita sudah membuang ke tempat sampah sekalipun, plastik ini dapat terurai dan mengontaminasi material lain, dalam bentuk mikroplastik.
Kantong plastik reusable
Meski berbahan dasar plastik, namun kantong jenis ini lebih tebal dan biasanya dibuat dari material plastik daur ulang, sehingga dianggap lebih baik dibanding plastik sekali pakai.
Namun, plastik ini membutuhkan material yang lebih banyak untuk produksinya, sehingga memiliki dampak lingkungan lebih besar. Meski begitu, hal ini dapat diantisipasi dengan waktu penggunaannya yang lebih lama.
Selain itu, keunggulan lain dari plastik berbahan polietilena ini adalah dapat didaur ulang kembali setelah tidak digunakan lagi.
Tas berbahan polipropilena
Kantong jenis ini paling umum digunakan sebagai tote bag dan ditawarkan sebagai material ramah lingkungan. Berdasarkan studi, diperkirakan bahwa kantong polipropilena membutuhkan sedikit energi untuk produksi, menurunkan tingkat emisi gas rumah kaca 87 persen, dan juga menghasilkan limbah 91 persen lebih sedikit dari plastik sekali pakai.
Meski begitu, kantong jenis ini sulit terurai dan didaur uang. Selain itu, kantung ini juga mudah terkontaminasi dan dapat menjadi tempat berkembang biak bakteri, yang berasal dari produk hewani seperti susu atau daging.
Oleh karena itu, disarankan agar kantong polipropilena ini dicuci setidaknya seminggu sekali.
Kantung belanja katun
Namun, nyatanya justru kantong jenis ini memiliki dampak lingkungan terbesar.
Tanaman kapas membutuhkan banyak air dan nutrisi untuk tumbuh. Dalam skala besar, produksi kapas bukan hanya membutuhkan air dan lahan dalam jumlah besar, namun juga pupuk yang cukup banyak, yang dapat berpotensi mencemari sungai dan lautan.
Selain itu, dibutuhkan proses yang panjang dan usaha yang besar untuk mengolah serat kapas menjadi tekstil siap guna.
Kabar baiknya, kantong ini dapat digunakan berkali-kali dan memiliki usia pakai yang panjang, bahkan hingga bertahun-tahun.
Kantong poliester
Kantong berbahan dasar poliester memiliki durabilitas yang tinggi, sehingga tidak mudah rusak. Bahan ini juga dinilai cukup praktis, karena mudah dilipat dan dibawa ke mana saja.
Poliester memiliki dampak lingkungan sedikit lebih rendah dibandingkan polipropilen. Namun, poliester dapat terurai menjadi mikroplastik saat dicuci dan dibersihkan.
Bioplastik
Material bioplastik diproduksi menggunakan bahan organik, seperti jagung, sehingga bersifat terbarukan dan mudah didaur ulang atau terurai ke dalam tanah.
Meski demikian, bioplastik dianggap sebagai alternatif yang tidak terlalu baik, karena membutuhkan waktu yang lama serta dampak lingkungan yang cukup besar, terutama jika diproduksi dalam skala besar, sama halnya dengan kantung berbahan katun.
Kantong kertas
Diperkirakan produksi kantong kertas membutuhkan energi 3 kali lipat dari plastik sekali pakai, juga 27 kali lebih banyak air, dan menghasilkan emisi gas rumah kaca 2 kali lipat lebih banyak.
Selain itu, usia penggunaannya juga singkat karena mudah rusak.
Baca juga: Studi Tunjukkan Manusia Makan 120.000 Mikroplastik Tiap Tahun
Jadi, kantong jenis apa yang paling ideal disebut ramah lingkungan?
Meski setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangannnya masing-masing, namun secara umum kantong berbahan polipropilena dan poliester adalah kandidat terbaik, karena memiliki usia penggunaan yang panjang, mudah diproduksi tanpa dampak lingkungan besar, serta mengurangi polusi mikroplastik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.