Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Terjadi Bila Suban Ditinggal dalam Kaki? Ahli Menjelaskan

Kompas.com - 18/06/2019, 18:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Suban, duri, serpihan kayu. Apa pun namanya, hampir semua orang pernah merasakan tidak enaknya kemasukkan suban. Untuk mengurangi rasa nyerinya, tentu suban harus segera dikeluarkan.

Namun, terkadang suban yang masuk terlalu kecil sampai tidak bisa dilihat dengan mata telanjang atau dikeluarkan dari kaki. Pada saat seperti ini, bolehkah kita meninggalkannya di dalam kaki dengan harapan akan terbiasa dengan rasa nyerinya?

Permasalahan ini dibahas dalam artikel Live Science, Sabtu (15/6/2019).

Ashley Jones, seorang perawat di The Ohio State University Wexner Medical Center yang dikutip, menyarankan Anda untuk tidak meninggalkannya di dalam kaki dan segera meminta pertolongan medis karena suban dapat menjadi jalan masuk infeksi.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Kuku Tangan Lebih Cepat Tumbuh Dibanding Kaki?

Pasalnya, kulit merupakan pelindung fisik yang mencegah infeksi. Ketika suban merobek kulit, bakteri yang berada di luar kulit bisa masuk dengan lebih mudah. Selain itu, bakteri juga bisa jadi sudah berada di suban dan menumpang untuk masuk ke aliran darah Anda.

Salah satu bakteri yang biasa menggunakan modus ini untuk menginfeksi manusia adalah clostridium tetani yang menyebabkan tetanus. Pada orang yang belum divaksin, bakteri ini bisa melepaskan racun yang merusak sistem saraf.

Pendapat Jones disetujui oleh Dr Jefry Biehler, ketua dokter anak di Nicklaus Children's Hospital Miami.

Biehler mengatakan, ada garis tipis antara apa yang perlu diperiksa oleh dokter, apa yang harus dikeluarkan dan apa yang bisa ditinggalkan dalam kulit. Pada umumnya, suban berasal dari materi tanaman seperti kayu, sehingga perlu dikeluarkan karena tubuh bisa bereaksi terhadapnya.

Suban yang ditinggalkan di dalam tubuh kemungkinan besar tidak akan diserap atau dipecah, ujar Biehler. Tubuh justru akan berusaha untuk mendorong keluar suban dengan meradang dan membentuk kantung-kantung nanah di area sekitar suban.

Jika reaksi ini berlangsung cukup lama, area di sekitar suban bisa berubah menjadi benjolan permanen yang disebut “granuloma”. Menurut Jones, granuloma merupakan gelembung sel imun pelindung yang melingkupi obyek asing ketika tubuh tidak bisa mengeluarkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com