KOMPAS.com - Hampir semua orang menyukai cokelat. Rasanya yang manis diyakini ampuh mengobati perasaan sedih dan gundah menjadi ceria lagi.
Namun benarkah kita menyukai cokelat karena rasanya?
Alih-alih menilai cokelat dari rasa, sebuah studi terbaru menemukan bahwa cokelat menarik karena bungkusnya. Bagaimana cokelat dikemas menjadi daya tarik emosional tersendiri untuk dibeli konsumen.
Studi yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Melbourne, Australia ini memprediksi, kemasan cokelat di masa depan akan menentukan konsumen untuk membeli produk.
Baca juga: Karena Isu Sawit, Kebun Binatang Melbourne Tak Lagi Jual Cokelat Ini
"Ada perbedaan tentang bagaimana konsumen menilai rasa, aroma, dan tekstur produk (cokelat) dan bagaimana mereka menilai apa yang terlihat dari luar seperti kemasan, nama produk, informasi pada kemasan dan harga. Aspek eksternal ini sebenarnya yang memengaruhi mekanisme kognitif dan psikologis konsumen," ujar salah satu peneliti Frank R. Dunshea dilansir Science Alert, Senin (10/6/2019).
"Informasi pada kemasan dapat memengaruhi ekspektasi dan respons emosional konsumen terkait kesan awal pada suatu produk," imbuh Dunshea.
Kesimpulan ini didapat setelah ahli menguji 75 responden untuk menilai cokelat dalam tiga kondisi berbeda, yakni mencicipi cokelat tanpa kemasan, melihat kemasan tapi tidak mencicipi cokelat, dan mencicipi cokelat yang terlihat bagaimana bentuk kemasannya.
Dari ketiga pengalaman itu, ahli menemukan bahwa penilaian orang terhadap cokelat bisa berubah.
Orang memberi nilai buruk pada cokelat jika mereka menganggap bungkus cokelat tidak cocok dengan isinya. Namun penilaian akan berubah menjadi baik jika pembungkus cokelat disertai kata-kata positif, seperti ada hubungan positif antara menyukai kemasan dan rasa cokelat.
Pada akhirnya, emosi positif yang dirasakan terhadap kemasan cokelat sangat berpengaruh pada keputusan apakah cokelat itu akan dibeli atau tidak.
Baca juga: Tak Perlu Didebat, 4 Senyawa Ini Bikin Cokelat Jadi Obat Bahagia
Penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi bagaimana emosi pada kemasan dapat berpengaruh pada pilihan makanan kita, terutama jika suatu makanan dinilai cocok dengan cara penyajiannya. Kini, studi baru yang terbit di Heliyon ini makin memberi bukti kuat akan kedua hal tersebut.
"Kami menduga, sekitar 60 persen keputusan awal berhubungan dengan penilaian kemasan suatu produk," ujar peneliti lain Sigfredo Fuentes.
"Studi kami dapat dijadikan acuan untuk mendesain suatu produk agar laris di pasaran. Kuncinya adalah mengontrol aspek eksternal dan internal dengan meningkatkan keterikatan emosional terhadap produk makanan," tutup Fuentes.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.