KOMPAS.com - Sebagian besar kota di Indonesia memiliki julukan. Mulai dari Bogor yang disebut kota hujan, Bandung sebagai kota kembang, Yogyakarta sebagai kota gudeg, atau Semarang dengan julukan kota atlas.
Berbicara tentang Semarang, mungkin kita akan ingat lumpia hangat, simpang lima, dan dataran tinggi dari Ambarawa kemudian jalanan berkelok menurun yang menghantarkan pada laut Jawa. Inilah mengapa Semarang disebut sebagai kota atlas.
Semarang memiliki banyak tempat bersejarah yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu sudut Semarang mungkin menyimpan banyak kenangan atau mungkin ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini adalah tujuan mudik Lebaran Anda tahun ini.
Sebelum menikmati keindahan kota terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung, ada baiknya kita juga menelusuri seperti apa asal usul nama Semarang.
Baca juga: Mudik ke Cilacap, Benarkah Nama Kota Ngapak Ini Dari Bahasa Sunda?
Secara etimologis nama Semarang berasal dari kata "sem" yang merujuk pada pohon asam dan "arang" yang berarti jarang, bila keduanya digabungkan menjadi asem arang, pohon asam dengan buah yang jarang.
Penamaan Semarang dimulai pada abad ke-8 M, dari daerah di pesisir utara yang bernama Pragota (saat ini bernama Bergota).
Wilayah tersebut merupakan bagan dari Mataram Kuno berupa pelabuhan dengan banyak pulau kecil di sekitarnya. Namun lama kelamaan air di sekitar Pragota menyusut hingga berubah menjadi daratan.
Pada abad ke-15 M, pangeran dari Demak yang bernama Pangeran Mafe Pandan menyebarkan agama Islam ke kawasan Pragota. Sejak saat itu, daerah tersebut semakin hidup. Satu persatu manusia mulai berdatangan, tanah menjadi gembur, dan tanaman tumbuh lebat.
Salah satu tanaman yang berhasil tumbuh subur adalah pohon asem arang, hingga akhirnya kawasan itu dinamai Semarang.
Karena Pangeran Made Pandan bisa disebut sebagai orang pertama yang menginjakkan kaki di sana, maka dia disebut sebagai pendiri Semarang.
Pangeran Made Pandan memiliki kinerja sangat baik dan mempunyai gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Setelah beliau wafat, kedudukannya digantikan putranya yang kemudian bergelar Kyai Ageng Pandan Arang II.
Semarang semakin makmur, sehingga membuat Sultan Hadiwijaya dari Pajang merasa tertarik. Beliau berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga untuk menjadikan semarang menjadi kabupaten.
Hingga akhirnya 12 Rabiul Awal 954 Hijriyah, yang bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, Semarang resmi menjadi kabupaten. Hingga sampai saat ini, tanggal 2 Mei ditetapkan menjadi hari jadi Kota Semarang.
Baca juga: Mudik ke Salatiga, Penamaan Kota Ini Ternyata Akibat 3 Kesalahan
Semarang melewati sejarah yang sangat panjang. Pernah jatuh kepada VOC sebagai ganti dari hutang yang dilakukan oleh Amangkurat II.
Bahkan Belanda pernah membentuk pemerintahan Gemeente di Semarang yang dikepalai oleh BurgeMeester atau walikota. Namun, sistem pemerintahan tersebut hanya singkat dan digantikan oleh Jepang.
Semarang pernah jatuh ke tangan Inggris dan pada tahun 1946 atas nama sekutu, Semarang diserahkan kepada Belanda. Selanjutnya terjadi perjuangan yang panjang. Hingga akhirnya tanggal 1 April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB menyerahkan kepemimpinan Semarang kepada Mr Koesoedibyono.
Sejak saat itu, aparatur pemerintahan kembali disusun untuk memperbaiki pemerintahan Semarang hingga kini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.