Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sifat Penyayang Anjing Seperti "John Wick" Ternyata Akibat DNA

Kompas.com - 26/05/2019, 15:32 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi Anda yang mengikuti sekuel film John Wick, tentu sudah tak asing dengan sikapnya yang merupakan penyayang anjing, bukan? Bahkan, dalm film tersebut, John Wick mulai mengamuk ketika anak anjingnya dibunuh.

Meski tak seekstrem itu, sebagian penduduk dunia juga dikenal sebagai penyayang anjing. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa menjadi penyayang anjing bukanlah sebuah pilihan, ternyata itu sudah ada dalam DNA.

Kesimpulan inilah yang ditemukan oleh peneliti dari Swedia dan Inggris. Mereka mengungkapkan bagaimana anjing bisa menjadi sahabat terbaik manusia sekaligus menemukan kalau menjadi penyanyang anjing itu sudah ada dalam genetik seseorang.

Anjing merupakan hewan peliharaan pertama dan telah memiliki hubungan dekat dengan manusia setidaknya selama 15.000 tahun. Saat ini, anjing adalah hewan peliharaan umum di masyarakat.

Baca juga: Serba Serbi Hewan, Apakah Anjing Benar-benar Tersenyum pada Kita?

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa dekat dengan anjing selama masa kanak-kanak dapat membentuk ikatan persahabatan dengan hewan tersebut. Namun peneliti pun juga sekaligus bertanya-tanya apakah faktor genetik berperan juga dalam hal ini.

Untuk mengetahuinya, mereka memeriksa data lebih dari 85 ribu anak kembar di Swedish Twin Registry untuk mencari petunjuk genetik yang mungkin terkait dengan kepemilikan anjing di masa dewasa.

Penelitian dengan membandingkan data genetik pada orang kembar tersebut dapat membantu peneliti untuk menentukan apakah perilaku tertentu dihasilkan dari faktor lingkungan atau kemungkinan berakar pada DNA.

Selain itu, peneliti juga meneliti catatan 15 tahun kepemilikan anjing. Swedia mewajibkan semua anjing terdaftar secara resmi di Departemen Pertanian Swedia. Anjing yang punya keturuan juga didaftarkan di Swedish Kennel Club.

Dari studi terhadap 85 ribu anak, peneliti menemukan 8.503 orang memiliki anjing. Selanjutnya peneliti membuat model komputer untuk mengidentifikasi pola antara anak kembar yang dapat mewakili pengaruh genetik atau dampak lingkungan.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa memelihara anjing sangat dipengaruhi oleh susunan genetik seorang individu.

"Kami terkejut melihat bahwa susuan genetik seseorang tampaknya berpengaruh signifikan terhadap pilihan mereka untuk memelihara anjing," jelas Tove Fall, profesor Epidemiologi Molekuler sekaligus peneliti dari Uppsala University.

Meski begitu, penelitian belum bisa mengidentifikasi gen mana yang bertanggung jawab membuat seseorang menjadi penyanyang anjing.

Baca juga: Studi: Anjing Dapat Endus Sel Kanker, Akurat 97 Persen

"Langkah nyata berikutnya adalah mencoba mencari tahu varian genetik mana yang mempengaruhi dan bagaimana genetik ini berhubungan dengan sifat-sifat kepribadian dan faktor lain," tutur Patrik Magnusson, profesor di bidang epidemiologi di Karolinska Institutet, Swedia dikutip dari Live Science, Rabu (22/05/2019).

Temuan dipublikasikan secara online di jurnal Scientific Reports.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau