Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 dari 7 Spesies Penyu Langka Ada di Indonesia, Bagaimana Wujudnya?

Kompas.com - 24/05/2019, 15:38 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Setiap tanggal 23 Mei, sebenarnya diperingati sebagai World Turtle Day atau Hari Penyu Sedunia.

Diprakarsai oleh American Tortise Rescue, Hari Penyu Sedunia diselenggarakan sejak tahun 2000 untuk mengingatkan kembali bahwa spesies ini sangat terancam punah dan semua orang harus ambil bagian untuk menyelamatkannya.

Apalagi, enam dari tujuh spesies penyu yang tersisa di dunia ada di Indonesia.

Keenam spesies penyu yang ada di Indonesia antara lain penyu belimbing (Dermochelis coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu pipih (Natator depressa), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Seperti apa wujudnya? Mari kita bahas satu persatu.

Baca juga: Sama-sama Bisa Hidup di 2 Alam, Kenali Bedanya Penyu dan Kura-kura

1. Penyu belimbing (Dermochelis coriacea)

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Penyu belimbing (Dermochelys coriacea).
Penyu belimbing memiliki tempurung berwarna gelap dengan bintik putih. Panjangnya bisa mencapai 180 sentimeter dengan berat mencapai 500 kilogram.

Penyu belimbing banyak ditemukan di perairan tropis hingga lautan sub kutub. Ketika penyu belimbing bertelur, mereka akan pergi ke pantai daerah tropis.

D. coriacea menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut lepas dan hanya naik ke daratan saat akan bertelur dan mereka bisa mengeluarkan telur 60 sampai 129 telur dalam dua sampai tiga tahun.

2. Penyu hijau (Chelonia mydas)

Penyu hijau (Chelonia mydas). Penyu hijau (Chelonia mydas).
Penyu hijau (C. mydas) merupakan penyu yang paling sering terlihat di laut tropis. Ciri paling menonjol dari penyu hijau adalah memiliki kepala kecil dan paruh tumpul. Spesies ini memiliki tubuh berwarna abu-abu, hitam, atau kecokelatan.

Lalu kenapa dinamai penyu hijau? Nama penyu hijau sendiri berasal dari warna lemak di bawah sisik yang berwarna hijau.

Berbeda dengan penyu belimbing yang bisa bertelur empat sampai lima kali per musim, penyu hijau hanya bertelur sekali dalam tiga sampai empat tahun.

3. Penyu tempayan (Caretta caretta)

Penyu tempayan (Caretta caretta). Penyu tempayan (Caretta caretta).
Penyu tempayan dikenal juga sebagai loggerhead turtle. Spesies ini memiliki tempurung berwarna coklat kemerahan, kepala besar, dan paruh bertumpuk.

Di kepala bagian depan terdapat lima sisi dengan plastron berwarna coklat muda hingga kuning. Rahangnya yang sangat kuat membuat penyu ini mampu mengkonsumsi kerang-kerangan yang hidup di dasar laut seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain.

Rata-rata penyu tempayan bisa tumbuh 70 sampai 210 sentimeter dengan berat 135 sampai 400 kilogram.

4. Penyu pipih (Natator depressa)

Penyu pipih (Natator depressa). Penyu pipih (Natator depressa).
Disebut penyu pipih karena spesies ini memiliki sisik yang rata dan sedikit melengkung di sisi luar. Penyu ini merupakan penyu dengan genus Natator dan merupakan omnivora. Makanan penyu pipih antara lain timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan invertebrata lainnya.

5. Penyu sisik (Eretmochelys imbricate)

Penyu sisik (Eretmochelys imbricate). Penyu sisik (Eretmochelys imbricate).
Penyu sisik disebut juga hawksbill turtle karena memiliki paruh tajam dan rucing dengan rahang besar.

Dengan anatomi mulut seperti itu memudahkan penyu sisik menjangkau makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Mereka juga biasa  memakan udang dan cumi-cumi.

Nama penyu sisik sendiri merujuk pada sisiknya yang tumpang tindih mirip sisik ikan.

Ciri khas penyu sisik adalah memiliki tempurung dengan campuran warna kuning, hitam dan coklat bersih. Sedangkan plastron (organ di bagian bawah penyu) berwarna kekuning-kuningan.

Penyu sisik lebih suka berada di kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur.

Sisiknya banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kerajinan tangan di Jepang untuk membuat pin, sisir, bingkai kacamata, dan lain-lain.

6. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)

Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) muda kerap dikira sebagai penyu hijau karena memiliki ciri tubuh yang mirip. Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) muda kerap dikira sebagai penyu hijau karena memiliki ciri tubuh yang mirip.
Penyu lekang kerap dikira sebagai penyu hijau karena memiliki ciri tubuh yang mirip.

Perbedaannya, penyu dengan nama lain olive ridley turtle ini memiliki kepala yang lebih besar dan bentuk tempuruhnya lebih langsing serta bersudut. Tubuhnya berwarna hijau pudar dan mempunyai kurang lebih lima sisik lateral.

Spesies ini merupakan penyu terkecil di antara semua jenis yang ada saat ini dan memiliki kebiasan memakan kepiting, kerang, udang dan kerang remis.

Diincar kepunahan

Sayangnya berdasar data International Union for Conservation of Nature (IUCN), keenam spesies itu masuk dalam kategori rentan, terancam punah, hingga sangat terancam punah.

Merujuk pemberitaan Kompas.com edisi (23/5/2018), pengamatan jangka panjang yang dilakukan Konservasi Spesies Laut WWF Indonesia menunjukkan, keberadaan populasi penyu di perairan Indonesia menurun tajam.

Kesimpulan itu didapat berdasarkan data jumlah pendaratan dan proses bertelur di beberapa titik pantai.

"Beberapa lokasi peneluran utama di Indonesia ada di pantai Peneluran Sangalaki, Kepulauan Derawan Kaltim, Pantai Peneluran Paloh Kalbar, Pantai Peneluran Pangumbahan Jabar, Pantai Jeen Womom Papua Barat, dan beberapa lokasi lain mengalami penurunan signifikan," ungkap Dwi Suprapti koordinator Konservasi Spesies Laut WWF Indonesia.

Selain faktor alam, manusia juga menjadi faktor yang memengaruhi merosotnya populasi penyu di dunia. Misalnya, kegemaran manusia mengonsumsi daging penyu, perdagangan penyu dan produk turunannya, adat-istiadat, serta kebiasaaan membuang sampah di laut atau yang sungai bermuara di laut.

Dwi melanjutkan, penyu memiliki peran penting dalam ekosistem kehidupan. Sehingga, keberadaan hewan bercangkang ini harus dijaga kelestariannya.

Baca juga: Worlds Turtle Day: Kisah Pilu Penderitaan Penyu Akibat Ulah Manusia

"Laporkan ke badan terkait jika menemukan kegiatan perburuan atau perdagangan ilegal penyu dan produk turunannya," Dwi menganjurkan.

Warga yang mengetahui adanya perburuan atau perdagangan ilegal penyu dapat melapor ke dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL).

Cara lain adalah lewat aplikasi Gakkum yang disediakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan E-Pelaporan Satwa Dilindungi milik Bareskrim Polri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com