Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Dunia Bikin Rekonstruksi Tsunami Palu, Apa Artinya Bagi Indonesia?

Kompas.com - 21/05/2019, 19:34 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Nature

Meski begitu, berkaca dari kasus tsunami Palu, ini menjadi waktu BMKG berbenah.

Para peneliti menegaskan perlunya modifikasi sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, terutama untuk kasus yang dipicu oleh longsor bawah laut.

Sistem peringatan dini milik Indonesia umumnya didasarkan pada hasil seismometer dan kemudian diverifikasi dengan memantau perubahan permukaan air laut.

Artinya, kebanyakan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia tidak dirancang untuk mendeteksi tsunami yang dipicu longsor bawah laut.

Namun, peringatan dini tsunami berbasis longsor laut ini sendiri masih memicu perdebatan.

Putra mengatakan, menghitung risiko longsor laut adalah hal yang sulit dilakukan. Pasalnya, tidak ada peta terperinci dari dasar laut Indonesia yang bisa digunakan untuk menentukan daerah endapan lepas.

Untuk menanggulangi hal ini, ahli pesisir dari Brunel University London Mohammad Hediarzadeh memimpin upaya pemetaan dasar laut Indonesia. Diperkirakan pekerjaan ini akan dalam tiga tahun ke depan.

Meski ada peta sekalipun, ahli tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari menyebut bahwa tsunami akibat longsor dasar laut biasanya hanya mempengaruhi daerah yang relatif kecil.

Dia mengatakan, ini sebabnya tsunami akibat longsor bawah laut sulit diprediksi. Untuk itu, Abdul menyarankan untuk fokus pada lokasi yang pernah terjadi longsor sebelumnya.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda, Sebuah Pembelajaran untuk Mitigasi Bencana

Hal serupa juga diungkapkan oleh peneliti bencana independen Mika McKinnon. Menurutnya, cara terbaik untuk menyelamatkan hidup adalah memastikan bahwa orang tahu apa yang harus dilakukan selama bencana.

McKinnon menegaskan, sistem peringatan tsunami berguna untuk tempat-tempat yang jauh dari pusat gempa, di mana ombaknya hanya beberapa menit. Tetapi ketika gempa itu lebih dekat ke pantai, seperti di Palu, gempa itu sendiri adalah peringatan.
Dia menyebut, karena bahkan sistem peringatan tingkat lanjut tidak mungkin mendapatkan peringatan pada waktunya.

"Jika Anda berada di garis pantai dan merasa gemetar parah, lari ke tempat tinggi," McKinnon.

Dia menambahkan, "Kami dulu berpikir Anda mungkin punya waktu puluhan menit untuk mencapai tempat yang tinggi. Acara ini menjelaskan bahwa Anda mungkin hanya memiliki 100 detik."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber Nature
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com