Zona riparian atau hyporeik adalah zona menarik bagi para peneliti air. Berada di tepian sungai, zona ini memiliki setidaknya tiga fungsi penting: menjadi zona imbuhan air, menjaga ekosistem, dan menjadi zona penyanggah.
Zona ini, disebut pula sebagai bantaran sungai, juga memiliki fungsi sebagai benteng ketahanan sosial dan dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau. Dalam ilmu arsitektur lanskap saat ini, bantaran sungai yang natural terbukti mampu mengatasi banjir, melalui proses peresapan air, lebih baik dibanding kanal buatan berdinding beton.
Dalam riset ini, kami menunjukkan ada pengurangan tutupan vegetasi dari hulu ke hilir, dengan persentase vegetasi hanya 16% dari total luas sub daerah aliran sungai (DAS) Cikapundung.
Prosentase ini merupakan salah satu indikasi bahwa lahan di bantaran Cikapundung lebih banyak terisi lahan terbangun. Hasil ini dapat menjadi dasar (baseline), karena belum pernah ada riset sejenis sebelumnya.
Hasil telaah citra SPOT-6 menunjukkan konsentrasi pohon tertinggi ada di Taman Hutan Raya (Tahura) Juanda, yang bisa mencapai 80 meter. Tutupan pohon luasnya nomor dua setelah jenis tumbuhan ladang (sayur-mayur, jagung, dan yang sejenis) sebanyak 23%.
Dari riset ini kami menunjukkan bahwa studi tentang biodiversitas ini tidak hanya monopoli daerah-daerah yang ada di lereng pengunungan atau memiliki wilayah tak terjamah. Studi yang dilakukan oleh Yayasan KEHATI Indonesia, misalnya berhasil mengidentifikasi berbagai spesies burung dan serangga di Kota Jakarta.
Upaya pemetaan keragaman vegetasi di Bantaran Sungai Brantas juga dilakukan oleh sekelompok dosen dari Universitas Muhammadiyah Malang. Riset ini menjadi menarik karena hasil akhir kegiatan ini adalah bahan ajar untuk siswa sekolah menengah. Berikutnya ada CIFOR yang telah membuat beberapa perangkat untuk menghitung keragaman hayati.
Biodiversitas atau keanekaragaman hayati (kehati) menjadi pembicaraan penting saat ini di tengah perubahan peruntukan lahan hijau untuk kawasan industri dan perumahan. Kehati menjadi salah satu elemen penting, karena akan terkait dengan daya dukung lingkungan.
Karena begitu penting, elemen itu masuk ke dalam dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang termuat dalam Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Menurut dokumen itu, biodiversitas idealnya diukur secara kontinyu untuk mengetahui situasi lingkungan, karena setiap komponen ekosistem memiliki fungsi yang saling mengait, termasuk vegetasi di dalamnya.
Di negara lain, hasil pencarian daring mengarahkan kita ke negara seperti Irlandia, Brasil dan Amerika Serikat, yang sudah melahirkan repositori data kekayaan spesies yang ada di negeri itu. Datanya bahkan dapat diunduh secara lengkap dan bebas oleh publik.
Indonesia yang memiliki banyak biodiversitas, bahkan di sekitar rumah kita, membutuhkan lebih banyak lagi riset biodiversitas.
Syarat penting riset keragaman hayati adalah sensitivitas peneliti terhadap alam sekitar. Begitu hasil risetnya didapat, perlu segera menuliskannya dalam bentuk yang paling sederhana dan menyebarkannya via media daring untuk mengundang umpan balik dari peneliti lainnya atau pembaca umum.
Endah Sulistyawati
Lecturer of Ecology at School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung
Dasapta Erwin Irawan
Lecturer at Department of Geology, Institut Teknologi Bandung
Artikel ini dipublikasikan atas kerja sama Kompas.com dan The Conversation Indonesia dari judul asli "Menelusuri biodiversitas urban di Cikapundung, apa saja temuannya?". Isi artikel di luar tanggung jawab Kompas.com.