KOMPAS.com - Sindrom nasi goreng, mungkin masih asing di telinga kita. Ini sebenarnya istilah untuk menyebut keracunan makanan karena memakan pasta atau nasi yang sudah basi.
Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi dan pasta yang basi bisa memicu munculnya bakteri Bacillus cereus, penyebab utama sindrom nasi goreng.
Melansir Live Science, Rabu (1/5/2019), sebuah laporan 2019 yang terbit di jurnal Frontiers in Microbiology mengungkap ada sekitar 63.000 kasus sindrom nasi goreng terjadi di AS setiap tahun.
"Nasi goreng basi adalah pemicu (sindrom nasi goreng) yang paling sering terjadi," kata Philip Tierno, ahli mikrobiologi di New York University Langone Health.
Baca juga: Waspadai Kandungan Minyak Dalam Nasi Goreng
Cara memasak nasi goreng yang tidak benar juga bisa menjadi masalah, terutama ketika mendinginkan nasi putih pada suhu kamar selama lebih dari dua jam sebelum memasaknya dengan bumbu lain.
Mendinginkan nasi sebelum memasak nasi goreng adalah cara yang kita lakukan agar nasi tidak lembek ketika digoreng.
Namun ketika nasi dibiarkan terlalu lama, bakteri B. cereus beracun akan tumbuh dan mereka tidak akan mati saat nasi digoreng dengan bumbu lain.
Gejala sindrom nasi goreng
Bakteri B. cereus melepaskan dua jenis racun yang menyebabkan penyakit berbeda. Salah satu racun menyebabkan diare dan satunya lagi membuat mual hingga muntah.
Jenis racun pertama dilepaskan di usus kecil setelah nasi dengan kandungan bakteri dicerna. Hal ini membuat penderitanya mengalami diare, perut kram, dan kadang mual tapi jarang yang sampai muntah. Gejala ini biasanya mulai terlihat 6 sampai 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri dan mereda satu hari kemudian.
Jenis racun kedua dilepaskan bakteri ke dalam makanan sebelum dikonsumsi. Makanan berkarbohidrat seperti nasi dan pasta adalah yang paling umum terkontaminasi.
Racun ini membuat korbannya muntah dan mual dalam waktu 30 menit sampai 6 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi. Gejala ini mulai mereda setelah 24 jam.
Lantas bagaimana mengobatinya?
Khusus untuk penanganan bakteri B. cereus, istirahat dan mejaga hidrasi cukup untuk membuat tubuh membersihkan infeksi dalam waktu sehari.
Untuk diketahui, semua orang rentan terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Namun bila orang yang terkena bakteri B. cereus memiliki kekebalan tubuh lemah, dia dapat terserang meningitis aseptik, gangren, dan selulitis.
"Kadang-kadang, antibiotik seperti vankomisin diresepkan untuk kasus serius ketika bakteri terlalu lama ada di saluran pencernaan," kata Tierno.
Cara mencegah
Menjaga makanan panas tetap panas (di atas 60 derajat Celcius) dan makanan dingin di bawah 4 derajat Celcius akan membantu mengurangi risiko tertular bakteri B. cereus.
Sebagai catatan, pemanasan atau pendinginan ulang setelah makanan dibiarkan selama lebih dari 2 jam tidak akan mencegah penyakit.
"Bacillus cereus secara alami berkoloni pada butiran beras mentah. Spora yang diproduksi bakteri akan bertahan dalam proses memasak dan mereka dengan cepat tumbuh saat didiamkan pada suhu kamar," terang Tierno.
Baca juga: Makan Nasi atau Pasta Berumur 4 Hari Bisa Membunuhmu, Ini Penyebabnya
Menurut artikel 2017 dari Institut Ilmu Pangan dan Pertanian di University of Florida, memanaskan makanan ulang pada suhu di atas 74 derajat Celcius selama 15 detik akan membunuh sel tetapi bukan racun - jika sudah terbentuk.
Jadi, jika Anda curiga makanan di meja makan sudah basi atau dibiarkan terlalu lama, itu harus dibuang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.