KOMPAS.com - Nasi dan pasta adalah makanan pokok sebagian besar manusia, tak terkecuali perempuan. Namun, studi baru menemukan tambahan porsi nasi atau pasta dapat memicu menopause lebih cepat terjadi.
Hal ini diungkap oleh tim ilmuwan di Universitas Leeds, Inggris, yang melakukan penelitian terhadap 14.000 perempuan. Mereka mengkaji data ini ditambah dengan survei lanjutan selama empat tahun.
Temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology & Community Health, mengatakan kesimpulan ini bersifat observasional dan belum menemukan hubungan sebab akibat secara langsung.
Baca juga : Studi Baru, Makanan Kaya Serat Bisa Bantu Hindari Depresi
Dugaan mereka, konsumsi karbohidrat seperti beras dan pasta bisa memicu resistensi insulin, proses yang dapat menginterfensi aktivitas hormon seksual dan meningkatkan tingkat oestrogen.
Peneliti berkata, proses ini dapat menaikkan jumlah siklus menstruasi yang pada gilirannya membuat persediaan sel telur lebih cepat habis.
Sebaliknya, menambah porsi kacang-kacangan dan ikan bisa memperlambat menopause selama beberapa tahun.
Menurut para ilmuwan kacang-kacangan mengandung antioksidan yang bisa mempertahankan menstruasi. Asam lemak omega 3 juga bisa menstimulasi kapasitas antioksidan.
Asam lemak omega 3 tersebut ditemukan pada ikan seperti salmon, sardin, dan makerel.
Anggota tim peneliti yang menulis di jurnal tersebut, Janet Cade, mengatakan pemahaman yang lebih dalam tentang dampak makanan terhadap menopause bisa sangat bermanfaat, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat komplikasi di anggota keluarga akibat berhentinya menstruasi.
"Perempuan yang mengalami menopause lebih awal biasanya punya risiko lebih tinggi terkena osteoporosis dan penyakit jantung," kata Cade.
Perlu kajian lebih lanjut
"Kajian ini tidak membuktikan hubungan atau kaitan antara makanan yang dimaksud dengan menopause. Tapi jelas, kajian ini menambah pengetahuan kita untuk memahami mengapa ada perempuan yang mengalami menopause lebih cepat dibandingkan perempuan lain," kata Kathy Abernethy, spesialis menopause dan pegiat di komunitas menopause di Inggris.
Bagi Saffron Whitehead, guru besar di St George's University of London, penelitian ini memerlukan kajian lebih lanjut.
"Ini pendekatan yang menarik dalam melakukan penelitian tentang menopause, tapi saya pribadi tak yakin bahwa makanan saja akan menentukan kapan perempuan mendapatkan menopause. Ada banyak sekali faktor yang berperan," kata Whitehead.
Senada dengan Whitehead, Dr Channa Jayasena, dosen senior bidang kesehatan reproduksi di Imperial College, mengatakan metabolisme tubuh memainkan peran penting dalam mengatur ovulasi dan menstruasi.
Baca juga : Diet Rendah Karbohidrat atau Rendah Lemak? Studi Bilang Sama Saja
"Kita bisa saja berspekulasi mengambil satu kesimpulan tentang faktor yang menunda menopause. Sayangnya, ada keterbatasan yang besar terkait dengan kajian observasional."
"Kecuali memang didapat kesimpulan valid, selama itu belum ada, tak ada alasan orang mengubah pola makan (dengan tujuan menunda menopause)," kata Dr Jayasena.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.