KOMPAS.com - Apa yang Anda pikirkan ketika memandang langit dan melihat ada awan di sana? Mungkin sebagian dari Anda akan berimajinasi tentang bentuk awan.
Namun, beberapa orang juga punya pertanyaan mendasar tentang awan, yaitu mengapa ia tak jatuh ke Bumi?
Padahal, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bumi memiliki gaya tarik yang disebut gravitasi. Gaya tarik ini membuat segala benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah atau permukaan Bumi.
Lalu, apa yang membuat awan spesial hingga tetap melayang dan tak jatuh ke permukaan Bumi?
Baca juga: Bak Lukisan, Begini Penampilan Awan di Planet Jupiter
Keistimewaan awan salah satunya berasal dari material pembentuknya.
Awan terbentuk ketika udara hangat dan lembap naik melalui atmosfer yang lebih rendah. Setelah itu udara akan mengembang dan mendingin serta beberapa di antaranya akan mengembun menjari tetesan air sangat kecil.
Tetesan kecil inilah yang nantinya berkumpul dan membentuk awan.
Ukuran tetesan kecil tersebut sangat kecil hingga sulit untuk jatuh. Ini mirip dengan partikel debu yang melayang di bawah sinar matahari yang menerobos celah-celah jendela.
Pertikel debu itu tidak jatuh ke tanah, bukan? Bahkan, mereka tidak hanya berputar melayang di udara.
Merangkum dari Scientific American, ahli meteorologi senior di University Corporation for Atmospheric Research, Douglas Wesley juga mengatakan bahwa gerakan vertikal ke atas di atmosfer juga berkontribusi membuat awan mengambang.
Gerakan vertikal ini terjadi karena udara mendapatkan panas. Hal ini mampu menahan gaya gravitasi Bumi hingga awan tidak jatuh.
Bahkan, dari sudut pandang di Bumi, kita melihat awan tampak melayang-layang di langit.
Namun, jika sudah tidak panas lagi, seperti malah hari atau sinar mentari hanya sedikit, tetesan air di awan akan mengembun dan membentuk kabut. Ini mengapa kita biasanya tidak melihat awan pada malam hari atau di area pegunungan.
Biasanya ketika udara mendingin, awan berubah menjadi kabut, embun, dan juga hujan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.