KOMPAS.com – Indonesia selama ini dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dengan kekayaan flora dan fauna yang dimilikinya.
Dengan status tersebut, apakah eksplorasi untuk pencarian spesies baru masih penting untuk dilakukan?
“Pengungkapan jenis baru tumbuhan berkontribusi penting dalam konservasi tumbuhan, dan memberikan pemahaman baru tentang keberagaman jenis tumbuhan Indonesia serta sumberdaya yang kita miliki,” jelas Plt. Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya LIPI, R. Hendrian.
“Jika kita tidak bisa membuktikan keberadaan spesies secara tepat angkanya, maka kita tidak boleh mengklaim Indonesia punya kekayaan hayati”, tambahnya.
Hendrian juga menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati bersifat dinamis, di mana saat ini angkanya terancam berkurang akibat kepunahan yang tidak sebanding dengan spesies yang ditemukan.
Baca juga: Riwayat Ilmu di Indonesia dalam “Belenggu Ilmuwan & Ilmu Pengetahuan”
Penelitian akan spesies baru dapat memberikan nilai strategis yakni memberikan informasi yang dapat digunakan untuk pelestarian spesies potensial yang belum ditemukan.
Sebagai bentuk nyata dari tanggung jawab ini, Kebun Raya Bogor hingga kini tetap aktif melakukan ekspedisi dan penelitian untuk mengungkap spesies-spesies tumbuhan yang masih belum terjamah dan teridentifikasi.
Namun demikian, terdapat kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh para peneliti dalam menjalankan tugas ini.
“Saat ini, kita seolah kejar-kejaran antara upaya pelestarian dengan biodiversity loss (kehilangan biodiversitas) akibat deforestasi, overharvesting (panen berlebihan), atau penyebab lain seperti global warming (pemanasan global), yang tentunya menjadi masalah”, jelas Hendrian.
Di sisi lain, upaya pelestarian juga membutuhkan identifikasi spesies baru serta pencarian lokasi yang menjadi habitat asli spesies tersebut.
Identifikasi spesies baru sendiri bukanlah hal yang mudah, terutama di bidang botani.
Saat ini, pengidentifikasian spesies baru tumbuhan bergantung pada karakter morfologinya, dilengkapi dengan uji biomolekuler sebagai penentu akhir apabila menemukan kebuntuan.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para peneliti.
Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Kita Lamban, Ini Alasannya
“Penelitian memakan waktu, untuk dapat mengatakan sesuatu itu baru, butuh penelitian, adjustment (penyesuaian), perencanaan, dan penulisan jurnal yang nantinya bisa di-review (telaah) secara internasional. Jika nanti ada perbedaan pendapat, maka peneliti harus bisa mempertahankan temuannya lewat diskursus ilmiah”, paparnya.
Kendala lain yang dihadapi adalah status habitat spesies tersebut. Seringkali spesies baru ditemukan di area yang bukan merupakan kawasan konservasi, sehingga spesies tersebut tidak terlindungi.
Hal ini mengancam kepunahan spesies akibat alih guna lahan, panen yang berlebihan atau dimusnahkan oleh masyarakat awam karena dianggap sebagai gulma.
Ini menjadi alasan penting mengapa upaya pencarian dan pengidentifikasian spesies baru perlu dilakukan.
Rencana penelitian berikutnya akan difokuskan ke area sekitar Kebun Raya itu sendiri.
“Harapan saya justru eksplorasi dilakukan di lokasi terdekat dulu, misal Gunung Pangrango atau Salak yang bisa dibilang halaman rumah kita”, tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.