KOMPAS.com - Selfie-selfie di depan labu kuning dan polka dot karya Yayoi Kusama menghiasi instagram orang Indonesia usai pamerannya di Jakarta. Namun tak banyak orang tahu bahwa Indonesia juga punya seniman berpotensi yang berlatar belakang seperti Yayoi, memiliki masalah mental dan akhirnya memilih seni sebagai jalan dan cara untuk hidup.
Salah satu orang yang berjuang mengatasi masalah mental lewat seni adalah I Kadek Arimbawa.
Sejak 2016, dia melukis, membuat topeng serta patung di Rumah Berdaya Denpasar, komunitas orang dengan gangguan jiwa yang didirikan oleh dr I Gusti Rai SpKJ, spesialis kejiwaan dari Bali. Meski ekspresi seninya beragam, Kadek merasa bahwa koran bekas adalah medium yang paling pas baginya.
"Koran bekas itu seperti saya. Barang yang dibuang. Koran bekas harus diubah menjadi obyek yang menarik agar dilirik dan berharga, sama seperti saya yang harus berjuang," ungkap Kadek saat ditemui di sela kunjungan lapangan tematik bersama Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di Bali, Rabu (24/4/2019).
Baca juga: Pusat Kanker Terbesar di Bali Dibangun, Beroperasi Mulai 2020
Kadek menderita kecemasan berlebihan sejak 2008. Dia kerap merasa pusing, enggan berinteraksi dengan orang lain, serta sering merasa bahwa orang tengah membicarakan dan menertawakan dirinya setiap kali berada dalam kerumunan. Dia mendeskripsikan masalah kejiwaannya sebagai baper (bawa perasaan) yang akut dan ekstrem.
Awalnya, dia tak begitu menggubris masalah itu. Dia mencoba menenangkan diri dengan menemui balian (spiritualis adat Bali), beribadah di Pura, serta berobat ke dukun yang direkomendasikan ibunya.
Sekali-kali, dia ke puskesmas, tetapi tak berani mengutarakan masalah yang sebenarnya. Hanya mengatakan pusing dan akhirnya hanya mendapat obat paracetamol.
"Tidak puas akhirnya saya dengan obat pusing," katanya. "Tapi waktu itu juga tidak tahu mau ke mana. Saya cuma stabil 2 minggu, lalu kumat lagi seminggu. Sering sekali. Yang saya lakukan waktu itu cuma coba ngelawan aja, kayak jangan terlalu mikir negatif," tutur lelaki berusia 27 tahun itu.
Dia baru memberanikan diri mengungkap masalahnya ke dokter pada tahun 2014. Dia sedang kuliah semester kedua saat itu. Saat itu, frekuensi kumatnya semakin sering. Dia mengurung diri di kamar hampir selama 2 minggu, makan sesekali, dan tak mandi. Hubungan dengan kakak kandungnya pun tak rukun.
Baca juga: Waspadai Gangguan Kecemasan Jika Mengalami 7 Tanda Ini
Rujukan dokter puskesmas ke rumah sakit jiwa di Bali menjadi titik balik Kadek. Dia mulai menjalani perawatan dengan minum obat setiap hari hingga kini. Tahun 2016 akhir, dia datang ke kegiatan seni di Batu Bulan, Bali, dan bertemu seniman yang punya perhatian pada masalah kejiwaan.
Awal 2017, Kadek bertemu dengan dr Rai dalam acara audiensi di Kantor Walikota Denpasar. Saat itu, pemerintah kota memberikan tempat bagi orang dengan gangguan kejiwaan untuk beraktifitas di wilayah Hayam Wuruk, Bali. Tak lama kemudian, Kadek bergabung dengan Rumah Berdaya Denpasar.
Pengobatan medis serta pengalaman kesenian membuat Kadek percaya diri. "Dulu saya tidak pernah mau bercerita kalau saya punya gangguan kejiwaan. Takut sekali karena waktu itu juga banyak orang tidak tahu. Sekarang saya berani bercerita. Bahkan saya menjelaskan pada orangtua orang yang punya gangguan kejiwaan," terangnya.
Sejak akhir 2017, Kadek pun diangkat sebagai kontrak di bawah Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Meski jabatannya adalah sopir, peran Kadek jauh lebih besar sebab dia juga terlibat kegiatan pemberdayaan rekan-rekan yang punya latar belakang sama di Rumah Berdaya Denpasar. Dia sangat bangga bekerja sebagai sopir dan mengeksplorasi seni.
Nila mengapreasiasi semangat Kadek dan inisiatif dr Rai.
"Rumah Berdaya ini adalah solusi dari menurut saya terobosan luar biasa," katanya. "Orang-orang yang mengalami depresi dan frustasimereka bisa masuk ke rumah berdaya ini dengan sebagai solusi jalan keluar. Mereka di sini disibukkan dengan kegiatan positif sampai mereka bisa merasa menimbulkan kepercayaan diri kembali."
Dr Rai mengatakan, pemerintah perlu mendukung semangat orang dengan gangguan kejiwaan yang berusaha menerapi diri lewat sini. "Perlu langkah yang menyeluruh dari pemerintah. Jangan hanya lewat proyek sendiri-sendiri dan jangka pendek," katanya.
Langkah menyeluruh perlu sehingga lebih banyak lagi orang dengan masalah kejiwaan yang menjadi seniman profesional. Itu perlu agar langkah terapi lewat seni bisa terus berlanjut dan lebih berkembang. Rai telah memulai lewat kerjasama dengan Lasalle College of Art di Singapura untuk mengembangkan aktivitas seni di Rumah Berdaya Denpasar.
Kadek sendiri masih ingin terus mengembangkan kemampuan seninya. Salah satu keberhasilannya adalah menjual topeng berbahan koran bekas kepada seorang kolektor seni mancanegara. Topeng itu kemudian dipamerkan di sebuah galeri fi Ubud.
Mimpi terbesarnya adalah membuat ibunya tersenyum setiap hari melihat semangat dan keberhasilannya. "Dari sejak saya sakit, ibu selalu ada untuk saya. Saya ingin membuat ibu tersenyum setiap hari. Kalau ibu tersenyum, kerja rasanya gembira," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.