Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Bumi, Begini Perubahan Planet Kita dalam 20 Tahun dari Antariksa

Kompas.com - 22/04/2019, 17:36 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber NASA


KOMPAS.com - Di Hari Bumi ini, kita akan melihat bagaimana planet biru berubah dalam 20 tahun terakhir. Hal itu akan kita saksikan lewat video singkat yang dibuat Badan Antariksa AS (NASA) dengan menggunakan citra satelit Sensor Tampilan Lapangan Luas (SeaWiFS).

NASA meyakini, perubahan lanskap Bumi akan memberi pemahaman bagi manusia bahwa planet biru yang kita tinggali ini hidup.

"Bumi bernapas setiap hari, ia berubah setiap pergantian musim dan bisa menanggapi matahari, angin, arus laut, juga suhu," kata ahli kelautan NASA Gene Carl Feldman seperti dilansir situs resmi NASA (14/11/2017).

Melalui SeaWiFS, para ilmuwan tidak hanya mendapat gambaran menakjubkan Bumi dari luar angkasa, tapi juga membantu memantau kesehatan tanaman, hutan, dan laut di seluruh dunia.

Baca juga: Selamat Hari Bumi, Bermula dari Peristiwa 1969 Hingga Dirayakan Dunia

Tak hanya itu, studi ini juga menjawab pertanyaan penting tentang bagaimana ekosistem merespons perubahan iklim yang diakibatkan interaksi manusia dengan daratan secara global.

Berikut beberapa penjelasan tentang planet kita yang ditangkap SeaWiFS pada 1997 hingga 2017:

Es Kutub Utara menyusut

Salah satu cuplikan yang ditangkap NASA menunjukkan tingkat es di Kutub Utara menyusut.

Fenomena ini memang bukan hal baru, para ilmuwan pun telah lama memberi peringatan tentang berkurangnya volume es kutub karena perubahan iklim.

Beberapa kawasan menghijau

Di gambar ini NASA menunjukkan  Arktik menghijau dalam dua dekade terakhir. Dulunya Arktik adalah kawasan yang tidak bisa dihuni. Pertumbuhan tanaman di sana diakibatkan oleh suhu yang lebih hangat.

Pengamatan dari luar angkasa seperti ini akan membantu menentukan produksi pertanian secara global juga untuk deteksi dini peringatan kelaparan. Pasalnya citra satelit dapat memantau mana daerah subur dan mana yang kering.

Karbon dioksida dan tanaman

Kala air laut menghangat, satelit berhasil mendeteksi pergeseran populasi fitoplankton di lima cekungan samudera.

NASA berkata, tanaman memainkan peran penting dalam memantau karbon dioksida ketika bergerak, misalnya saat konsentrasi karbon dioksida di atmosfer terus meningkat dan menghangatkan iklim.

Kehidupan di Bumi dari luar angkasa

Kepala Laboratorium Ilmu Biosfer NASA Jeffrey Masek bercerita, 60 puluh tahun lalu orang tidak yakin bahwa permukaan Bumi dapat dilihat dari luar angkasa. Banyak yang mengira partikel debu di atmosfer akan mengaburkan samudera dan benua.

Namun misi Gemini dan Apollo menunjukkan hal berbeda. Dengan menggunakan kamera khusus, para astronot yang terlibat dalam misi berhasil mengabadikan keindahan dan kompleksitas Bumi dari luar angkasa.

Dari sinilah kemudian Landsat 1 diluncurkan pada 1972 dan menjadi satelit pertama yang mengamati Bumi.

"Ketika arsip satelit diperluas, muncul banyak dinamika dan kami sekarang dapat melihat tren jangka panjang," ujar Masek.

Padang rumput di Senegal, misalnya, mengalami perubahan musim yang drastis. Rumput dan semak tumbuh subur selama musim hujan dari Juni hingga November, lalu mengering saat hujan berhenti.

Dengan data satelit cuaca tahun 1970-an dan 1980-an, ilmuwan NASA Goddard Compton Tucker dapat melihat kawasan yang menghijau dan kering dari ruang angkasa.

Dia mengembangkan cara membandingkan data satelit dari dua panjang gelombang, yang memberikan pengukuran kuantitatif dari penghijauan yang disebut Indeks Vegetasi Perbedaan Normalized.

Baca juga: Berwisata ke Alam Secara Bertanggung Jawab, Bagaimana Caranya?

"Kami terkejut ketika kami melihat gambar pertama. Mereka luar biasa karena menunjukkan bagaimana vegetasi berubah setiap tahun," kata Tucker.

Ketika laporan terbit pada 1985 banyak yang tidak percaya dan menuduhnya memalsukan data. Namun dari laporan itu, untuk pertama kalinya ilmuwan mempelajari vegetasi dari luar angkasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau