Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa yang Sebenarnya Bikin Penyaliban Sangat Mematikan?

Kompas.com - 19/04/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Penyaliban adalah salah satu bentuk hukuman dan eksekusi yang paling kejam di dunia. Berdasarkan artikel kompas.com berjudul Jadi Eksekusi Paling Brutal di Dunia, Bagaimana Riwayat Penyaliban, prosedur penyaliban sangat brutal dan sadis.

Tak heran jika banyak orang yang dieksekusi dengan metode ini dipastikan meninggal dunia. Meski begitu, salah satu yang menjadi pertanyaan selama ini adalah bagaimana proses penyaliban bisa membuat nyawa seseorang melayang.

Jawabannya adalah korban meninggal akibat patologi multifaktorial atau faktornya sangat banyak. Salah satunya pada prosedur sebelum penyaliban.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sebelum penyaliban, korban dicambuk dan dilukai. Hal ini menyebabkan korban mengalami trauma mendalam.

Baca juga: Lapisan Tersembunyi di Makam Yesus Kini Terungkap

Selain syok psikologis dan nyeri hebat, darah dan cairan yang mengalir dari luka bisa menyebabkan syok hipovolemik. Hipovolemia sendiri adalah kondisi penurunan volume darah akibat kehilangan darah maupun cairan tubuh.

Hipovolemia akan menyebabkan penurunan tekanan darah kemudian terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan organ hingga berakibat fatal.

Korban yang menerima cambukan juga bisa mengalami serangan jantung vasovagal refleks. Itu adalah ketika terjadi malfungsi sistem saraf yang megatur denyut jantung dan tekanan darah.

Akibatnya, detak jantung akan melambat dan pembuluh kaki melebar. Ini memungkinkan darah mengumpul di kaki dan menurunkan tekanan darah.

Kondisi yang memicu keadaan tersebut dalam penyaliban adalah rasa sakit akut dari pencambukan di bagian leher, dada, perut, atau pangkal paha.

Sebab lain kematian akibat penyaliban adalah dehidrasi. Kebanyakan korban penyaliban tidak cukup makan dan minum sebelum eksekusi.

Ditambah rasa sakit dari proses memaku, memanggul patibulum mungkin melukai saraf medianus. Nyeri saraf yang sama juga bisa muncul dari kesusakan saraf peroneal dan plantar di kaki.

Namun, penyebab utama kematian dari penyaliban adalah sesak napas akibat gangguan pernapasan yang parah dengan kolaps kardiovaskular sekunder.

Sebagai informasi, menggantung lengan dalam jangka waktu lama membuat ekspirasi (pengeluaran udara dari tubuh) menjadi sangat sulit. Apalagi, kemungkinan kram otot, kontraksi spasmodik (otot tegang tanpa disadari) mungkin terjadi.

Ditambah lagi, bantuan pernapasan dari ekstensi kaki juga sulit dilakukan. Pada akhirnya, respirasi murni dari diafragma dan sesak napas tidak terhindarkan.

Hal ini akan menyebabkan kekurangan oksigen pada jaringan. Padahal di sisi lain, tubuh korban kehilangan banyak darah dan cairan tubuh.

Baca juga: Paskah 2017 Sebenarnya Datang Terlambat, Ini Penjelasannya

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau