DNA keluar dari tubuh bersamaan dengan aliran keringat. Seseorang yang mengeluarkannya dalam jumlah banyak memungkinkan DNA tersebar lebih luas.
Hasil eksperimen ini mengindikasikan bahwa orang terakhir yang memegang objek belum tentu meninggalkan DNA dalam jumlah banyak pada objek tersebut.
Meski demikian, baik Cale maupun Rizor sepakat bahwa temuan mereka tidak menjadikan bukti DNA dalam investigasi kriminal menjadi tidak valid.
Namun, temuan ini dapat mendorong investigasi perlu dilakukan sehati-hati mungkin untuk mengantisipasi transfer DNA yang tidak disengaja.
Di sisi lain, terdapat pula peneliti yang tidak terlalu antusias dengan temuan ini.
“Sangat jarang DNA seseorang dapat menempel pada objek yang tidak pernah ia sentuh”, ujar Mechthild Prinz, Ahli Genetika Forensik dari John Jay College of Criminal Justice.
“DNA yang tertinggal biasanya tidak stabil, artinya DNA akan terurai seiring berjalannya waktu. Kita tidak bisa menggunakan temuan baru untuk menyingkirkan bukti DNA di setiap kasus”, tutupnya.
Baca juga: Siapa Leluhur Orang Asia Tenggara? Tes DNA Manusia Purba Menjawabnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.