Misalnya, mengizinkan orang untuk berjalan di sisi kiri memang memungkinkan beberapa orang untuk bergerak lebih cepat, walaupun itu mengurangi kapasitas eskalator dan memperlambat waktu tempuh keseluruhan untuk yang lain.
Meskipun menggunakan salah satu jalur eskalator untuk berjalan dapat membantu pejalan kaki keluar lebih cepat, beragamnya kecepatan pejalan kaki relatif menghambat efisiensi secara keseluruhan. Untuk meningkatkan sistem secara keseluruhan, efisiensi secara keseluruhan dalam sistem adalah hal yang harus dipertimbangkan.
Para insinyur juga memperhitungkan keberadaan pejalan kaki yang berada di satu area kerumunan yang padat. Dalam situasi ini, pejalan kaki cenderung berjalan jauh lebih lambat daripada saat berada di ruang yang lapang.
Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan oleh kurangnya ruang, serta kebutuhan setiap pejalan kaki untuk membuat lebih banyak keputusan–haruskah saya mempercepat? Pelan-pelan? Haruskah saya lewati orang ini? Atau sebaiknya tunggu saja? Banyaknya keputusan ini dapat menyebabkan pejalan kaki berperilaku seperti orang-orang di sekitarnya. Mentalitas untuk mengikuti arus membuat aktivitas berjalan menjadi tidak melelahkan secara mental.
Jadi, ketika orang ingin naik eskalator, mereka akan sering melakukan apa yang dilakukan orang di depannya. Jika orang di depan mereka berjalan, mereka berjalan. Jika orang di depan mereka berdiri, mereka berdiri. Yang diperlukan hanyalah seseorang untuk memulai polanya.
Berdirilah di kedua sisi eskalator. Yang lain akan mengikuti. Meskipun tampaknya berlawanan dengan intuisi, perubahan yang satu ini akan membantu setiap orang mencapai tujuan dengan lebih cepat, terutama ketika kondisi sedang ramai.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Obat Flu Selalu Bikin Ngantuk
*Professor of Industrial & Systems Engineering, Mississippi State University
Tulisan ini pertama kali terbit di The Conversation