Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habis Pijat, Kenapa Jari Tangan Bunyi "Krek-Krek" ketika Ditarik?

Kompas.com - 04/04/2019, 19:30 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Menjelang sesi pijat selesai, biasanya masseur akan menarik jari-jari tangan dan kaki. Banyak orang menanti momen itu untuk akhirnya merasa lega setelah bunyi "kretek" terdengar ketika jari-jari ditarik.

Pernahkan bertanya-tanya, dari mana asalnya bunyi "kretek" itu? Sementara orang pada umumnya cenderung mengabaikan, para ilmuwan bergulat untuk menjelaskannya selama lebih dari 60 tahun terakhir.

JB Roston dan RW Haines adalah dua orang pertama yang mencoba menyuguhkan penjelasan fenomena tersebut lewat publikasi di Journal of Anatomy pada 1947.

Melakukan eksperimen dengan radiografi untuk memvisualisasikan kejadian tingkat jaringan saat jari ditarik, dua peneliti itu mengungkap bahwa sumber suara "kretek" itu adalah perubahan pada sendi otot jari.

Dalam kondisi normal, permukaan sendi otot metakarpal-falanges padat. Saat ada tarikan ringan, permukaan bisa mengembang namun tetap kompak.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Alasan Kenapa Bunyi Kentut Berbeda

Ketika jari-jari tangan ditarik kuat, permukaan sendi mengembang, tekanan pada cairan sendi meningkat sehingga gas yang terlarut pada cairan itu keluar.  

Proses itu mengakibatkan retakan dan ruang udara kecil pada sendi yang kerap kali disebut gelembung. Nah, proses pembentukan gelembung ini yang menurut Roston dan Haines memicu bunyi "kretek".

Teori Roston dan Haines bertahan 24 tahun sebelum akhirnya A Unsworth dari Durham University mengguncangnya lewat punlikasi di Annual of Rheumatic Disease pada 1971.

Unsworth bersama rekannya melakukan penelitian dengan metode yang sama dengan Roston dan haines. Namun, alih-alih mendapatkan penegasan, keduanya malah sampai pada kesimpulan berlawanan.

Unsworth menemukan, bunyi "kretek" itu terjadi bukan karena pembentukan gelembung dalam cairan sendi, tetapi justru oleh pecahnya gelembung tersebut.

Sejak saat itu, puluhan ilmuwan berusaha menemukan mana yang benar dari kedua teori tersebut dan masih terus berdebat dengan hasil risetnya.

Tahun 2015, Gregory N Kawchuk dari Fakultas Rehabilitasi Medis di Universitas Alberta, Amerika Serikat, memberi penegasan pada dugaan Roston dan Haines lewat publikasi di jurnal PLOS ONE.

Dia dan rekannya melakukan pengamatan secara real time, bukan dengan metode radiografi, tetapi dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Menahan BAB Bikin Keringat Dingin?

Kawchuk memasukkan salah satu jari tangan relawan pada tabung bahan karet yang terhubung dengan kabel. Memakai bantuan magnet, dia berusaha menarik jari serupa dengan tarikan saat selesai pijat.

Dari hasil citra MRI, Kawchuk dan rekannya menyimpulkan bahwa suara "kretek" terjadi karena pemebntukan gelembung.

Namun lewat publikasinya di Scientific Report pada 29 Maret 2019 lalu, AI Barakat dari Ecole Polytechnique di Perancis kembali membuat temuan yang bertolak belakang.

Barakat yang seorang pakar hidrodinamika tidak menggunakan pengamatan visual tetapi memakai persamaan matematika.

Model matematika Barakat menunjukkan, suara "kretek" terjadi karena hancurnya gelembung. Tak harus semua gelembung hancur untuk menghasilkan suara, bisa hanya sebagian.

Meski masih jadi perdebatan, satu hal yang bisa diyakini sekarang adalah bahwa suara "kretek"terjadi gara-gara gelembung dalam cairan sendi.

Satu hal yang disepakati pula, kita tak bisa menarik tangan untuk mendapatkan suara itu secara berturut-turut. Butuh waktu paling tidak 20 menit untuk mengulanginya.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Sih Kaki dan Tangan Bisa Kesemutan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com