Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi Gen Langka Bikin Perempuan Ini Tak Rasakan Sakit dan Sembuh Cepat

Kompas.com - 29/03/2019, 12:39 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

"Dia melaporkan pernah memakan cabai Scotch Bonnet dan tidak mengalami rasa tidak nyaman, kecuali sempat merasakan 'sensasi pedas' sesaat di mulutnya," sambungnya.

"Dia juga mengaku pernah mengalami kehilangan memori yang berlangsung lama ... dia juga melaporkan tidak pernah merasa panik, bahkan dalam situasi berbahaya atau ketakutan, seperti dalam kecelakaan lalu lintas di jalan yang terjadi baru-baru ini," tulis para ahli.

Para peneliti percaya mutasi itu mungkin diturunkan dari ayah Jo Cameron, yang juga jarang meminta obat penghilang nyeri.

Hasil uji DNA tersebut yang kemudian diterbitkan dalam British Journal of Anesthesia yang mengungkapkan dua mutasi yang secara bersamaan menekan rasa sakit dan kecemasan dan di sisi lain meningkatkan rasa senang, penyembuhan luka, dan kehilangan ingatan.

Arti Temuan Tersebut

Para peneliti mengatakan penemuan ini dapat membantu menyoroti peran genetika dalam manajemen nyeri - dan percaya mungkin ada lebih banyak orang yang memiliki mutasi yang sama.

"Orang-orang dengan kepekaan yang langka terhadap rasa sakit dapat berharga untuk penelitian medis seiring dengan kita mempelajari bagaimana mutasi genetik mereka berdampak pada bagaimana mereka mengalami rasa sakit," kata peneliti utama studi tersebut, James Cox.

"Kami berharap bahwa seiring waktu, temuan kami dapat berkontribusi pada penelitian klinis untuk rasa sakit dan kecemasan pasca operasi, dan kemungkinan nyeri kronis, PTSD dan penyembuhan luka, mungkin melibatkan teknik terapi gen," imbuhnya.

Lebih lanjut, Devjit Srivastava, penulis utama makalah ini, menegaskan bahwa implikasi temuan ini sangat besar.

Baca juga: 5 Mutasi Gen yang Bisa Jadikan Kita Manusia Super

"Temuan ini mengarah pada penemuan baru penghilang rasa sakit yang berpotensi menawarkan penghilang rasa sakit pasca operasi dan juga mempercepat penyembuhan luka," ujarnya.

"Kami berharap ini dapat membantu 330 juta pasien yang menjalani operasi secara global setiap tahun," sambung Srivastava.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com