Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyaris Terlewat, Ledakan Meteor di Langit Rusia Setara 5 Bom Nuklir Nagasaki

Kompas.com - 19/03/2019, 15:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Marufin juga menganalisis, saat memasuki atmosfer Bumi, asteroid itu menyebabkan kolom udara yang dilintasinya mengalami tekanan ram yang kian membesar.

"Selain membuatnya menjadi meteor super terang (superfireball), tekanan sangat besar pada akhirnya akan memecah superfireball mulai ketinggian 54 km," ujar Marufin.

"Pemecahbelahan terus berlangsung seiring kian jauh superfireball memasuki atmosfer. Hingga pada ketinggian 26 km dpl terjadi pemecahbelahan yang sangat intensif, membuat pecahan-pecahan superfireball laksana direm di udara," jelasnya.

Hal inilah yang membuat terjadinya fenomena ledakan-di-udara (airburst) yang melepaskan energi 96 kiloton TNT.

"Pada kondisi paling terang, superfireball ini memiliki kecerlangan setara 70 persen terangnya Matahari. Jadi demikian benderang," tegas Marufin.

Namun pertanyaannya sekarang, seberapa besar energi airburst 96 kiloton TNT ini?

"Ledakan bom nuklir Nagasaki berkekuatan 20 kiloton TNT. Sehingga airburst Peristiwa Bering 2018 hampir lima kali lipat lebih dahsyat ketimbang bom nuklir Nagasaki," tegas Marufin.

Tak Ada Dampak

"Meski energinya terkesan sangat besar, namun dengan lokasi pelepasan energi yang jauh di ketinggian (yakni 26 km dpl) membuat dampaknya ke permukaan Bumi boleh dikata tidak ada," tambahnya.

Sebagai informasi, pada ground zero atau titik yang tepat berada di bawah lokasi airburst, besar overpressure akibat pelepasan gelombang kejut diperhitungkan hanya sebesar 112 Pa.

Baca juga: Kilas Balik 7 Fenomena Hujan Meteor Paling Menakjubkan pada 2017

"Ini masih di bawah nilai ambang batas 200 Pa, yakni ambang batas overpressure gelombang kejut untuk bisa meretakkan kaca jendela," tutur Marufin.

"Jika paparan gelombang kejutnya saja tak berdampak, apalagi pelepasan sinar panasnya," imbuhnya.

Dengan kata lain, tidak ada dampak lebih lanjut yang dialami kawasan Laut Bering dan sekitarnya akibat Peristiwa Bering. Marufin juga mnejelaskan, peristiwa ini jauh berbeda dengan Peristiwa Chelyabinsk tahun 2013 silam.

"Peristiwa Chelyabinsk yang energinya jauh lebih besar (3 kali lipat lebih besar) dan titik airburst-nya juga lebih rendah (18 km)," pungkas Marufin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau