Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Rovicky, Membincang Bencana ala Pendongeng Geologi

Kompas.com - 17/03/2019, 12:37 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kepergian Rovicky Dwi putrohari, geolog yang dikenal sebagai Pakde dalam platform Dongeng Geologi meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan sejawatnya.

Untuk mengenang pendongeng geologi itu, beberapa kolega serta sejawatnya membuat sebuah acara bertajuk "Bincang Bincang Bencana, Mengenang Sang Pendongeng Geologi" pada Sabtu (16/03/2019).

Acara tersebut digelar di Yogyakarta, tepatnya di Ruang Amphiteater Perpustakaan di Lantai 4 Gedung D Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sebelumnya, acara "Bincang Bincang Bencana" ini sudah beberapa kali diselenggarakan. Rovicky sendiri menjadi pembicaranya pada Oktober 2018 lalu.

Baca juga: Rovicky, Pakde Dongeng Geologi Itu, Berpulang

Namun, kali ini, Rovicky tidak lagi membersamai acara ini. Giliran keluarga dan koleganya yang mengenang sumbangsih Rovicky dalam upaya mengedukasi masyarakat terkait mitigasi.

"Di antara hadirin dan tamu undangan terdapat keluarga besar pakdhe yang tinggal di Yogyakarta, diwakili paklik Ronny Primanto (adik Rovicky)," kata Marufin Sudibyo, salah satu kolega Rovicky yang hadir dalam acara tersebut.

"Paklik Ronny, dengan suara tercekat dan tersendat-sendat, memaparkan betapa gaya mendongeng yang menjadi ciri khas pakdhe Rovicky ternyata berakar menancap kuat dalam keluarga," imbuhnya.

Menurut Ronny, semasa kecil, baik dirinya maupun Rovicky terbiasa didongengi sang ayah sebelum tidur.

"Kebiasaan yang kelak membentuk cara bertutur pakdhe. Sekaligus menginspirasi lahirnya Dongeng Geologi, sebagai cara pakdhe (yang seorang geologist) untuk bertutur akan fenomena alam dan bencana di tanah air Indonesia (dan juga dunia) kepada masyarakat luas dalam bahasa sederhana, mudah dimengerti, cepat dicerna dan cepat diakses," ujar Marufin.

Selain Ronny, selaku keluarga, beberapa kolega yang mengenang Rovicky adalah Wisnu Widjaja dari BNPB dan Heru Hendrayana dari Departemen Teknik Geologi UGM.

"Pak Wisnu Widjaja dari BNPB juga mengenang pakdhe tak hanya sebagai sesosok saudara seperguruan kampus, namun juga kemampuan komunikasi dan jalinan persaudaraannya yang luas," kata Marufin.

Menurut Wisnu, dongeng geologi buatan Rovicky telah sangat membantu tugas BNPB. Tugas yang dimaksud Wisnu adalah mengkomunikasikan bencana dan berabagi fenomena alam kepada masyarakat luas.

Lebih lanjut, Wisnu mengatakan paparan mantan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) melalui Dongeng Geologi adalah penjelasan pertama yang muncul dari sosok geosaintis kebumian.

Baca juga: Dongeng Geologi tentang Nusantara

Tentu penjelasan ini membuat BNPB merasa terbantu mengingat keterbatasan sumber daya manusia di lemabaga tersebut hanya sekitar 500 orang saja. Artinya, informasi akan lebih cepat sampai melalui kerja-kerja yang dilakukan Rovicky dan sejawatnya di platform Dongeng Geologi.

Menyebarkan Informasi Tepat dengan Cepat

Dalam kesempatan yang sama, Wisnu juga memperkenalkan hal yang dikembangkan oleh BNPB, yaitu portal InaRISK. Itu adalah portal kajian risiko bencana yang menampilkan informasi ancaman bencana, kerentanan (populasi, kerugigian fisik, ekonomi, dan lingkungan), kapasitas, dan risiko bencana.

Menurut Wisnu, dengan InaRISK maka kita bisa mengetahui apa resiko bencana di wilayah kita dan apa langkah yang sebaiknya dilakukan untuk mengurangi resiko bencana tersebut.

Selain dalam bentuk Web (yang beralamatkan di http://inarisk.bnpb.go.id), InaRISK juga dapat diakses melalui aplikasi Android & IOS yang sudah diunggah di Playstore dan Appstore.

Setelah Wisnu, tiba giliran Heru untuk menceritakan kisahnya bersama Rovicky. Dia mengenang Rovicky sebagai teman berbincang tentang bagaimana dinamika paparan generasi demi generasi.

"Pak Heru membagi ke dalam empat generasi, mulai dari generasi baby boomer, generasi X, generasi Y dan generasi millenial. Pengguna terbesar jaringan internet (sekaligus pengakses terbanyak Dongeng Geologi) adalah generasi Y dan millenial, generasi yang telah tercelup dunia digital sejak lahir," ucap Marufin.

Terkait hal ini, Heru menyebut bahwa Dongeng Geologilahir dan tumbuh di saat yang tepat.

"Munculnya media sosial, yang saat ini didominasi Facebook, Instagram dan Twitter semakin memperluas cakupan Dongeng Geologi," tutur Marufin.

"Di tengah kecepatan informasi yang ditampilkannya, nilai informasi itu sendiri tetap tergolong valid dan bernilai secara ilmiah. Karena sebelum menuangkannya dalam konten, pakdhe selalu berkomunikasi dan berkonsultasi intensif dengan para pakar di bidangnya," tambahnya.

Untuk meneruskan semangat Rovicky, Marufin dan beberapa koleganya membentuk tim untuk meneruskan platform Dongeng Geologi.

Baca juga: Rovicky: Menteri ESDM Tidak Boleh Lihat Energi Sebagai Komoditas Jualan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com