Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Semua Produk Susu Itu Susu Asli, Kenali Bedanya

Kompas.com - 21/02/2019, 12:07 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Polemik olahan susu hingga saat ini masih menjadi perbincangan di masyarakat. Apalagi sebelumnya para ahli menegaskan bahwa susu kental manis (SKM) tidak setara dengan susu segar.

Padahal, di banyak wilayah Indonesia, SKM sering diberikan oleh orang tua untuk memenuhi kebutuhan susu pada anak.

Untuk itu, Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) meluncurkan video edukasi tentang karakteristik olahan susu.

Polemik Susu Kental Manis

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (20/02/2019), Ketua KOPMAS Arif Hidayat mengatakan meski Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menegaskan sejumlah larangan terkait susu kental manis melalui PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, namun edukasi untuk masyarakat tidak boleh putus.

Baca juga: Tak Ingin Anak Stunting? Pemberian Susu Salah Satu Alternatifnya

Salah satu larangan BPOM dalam aturan tersebut terdapat pada pasal 54. Dalam pasal itu, disebutkan bahwa susu kental manis bukan untuk menggantikan air susu ibu sehingga tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan dan tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.

Larangan lain terdapat pada pasal 67 butir W tentang pernyataan/visualisasi yang menggambarkan bahwa SKM dan analognya disajikan sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu dan sebagai satu-satunya sumber gizi.

Pada butir X juga terdapat larangan pernyataan/visualisasi yang semata-mata menampilkan anak di bawah usia 5 (lima) tahun pada susu kental dan analognya.

Aturan-aturan tersebut diapresiasi positif oleh KOPMAS. Meski demikian, Arif menilai masih perlu edukasi yang mudah dipahami dan efektif untuk masyarakat.

Salah satu media yang digunakan KOPMAS adalah video yang diupload pada akun Youtube Koalisi Peduli.

Dalam video berdurasi 4 menit 26 detik itu KOPMAS menjelaskan setiap olahan susu mempunyai berbagai nutrisi yang terkandung pada susu, meski dalam kadar berbeda. Alasannya adalah proses pengolahan yang membuat kadar beberapa nutrisi menjadi berkurang.

Oleh karena itu, setiap produk olahan susu tidak bisa disetarakan dengan susu. KOPMAS mencontohkan mentega yang memiliki lemak tak jenuh besar tapi proteinnya sedikit.

Kadar kandungan yang berbeda ini juga berlaku pada SKM. Proses pengolahan SKM yang mencampurkan gula dan susu dengan rasio 40:60 membuat jenis olahan ini tidak cocok diberikan pada anak-anak dalam bentuk minuman.

Selain video Arif juga menyebut, pada Desember 2018 KOPMAS juga meluncurkan akun twitter @PengaduanKOPMAS.

Baca juga: Bukan Susu Kental Manis Lagi, ASI Bahkan Bersaing dengan Air Gula

Ilustrasi susu kemasanThinkstock.com/Noel Hendrickson Ilustrasi susu kemasan

Melalui akun tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih pro aktif memperhatikan produk makanan dan minuman yang dikonsumsi anak. Tak hanya itu, masyarakat juga diharapkan bisa melaporkan jika menemukan pelanggaran, baik kesalahan cara penggunaan maupun promosi produk.

Yuli Supriyati, salah satu anggota KOPMAS berharap kedepannya, pemerintah, produsen dan masyarakat dapat menjalin sinergi yang baik dalam rangka edukasi kebutuhan gizi keluarga untuk mencapai target Generasi Emas 2045.

"Salah satu yang menjadi fokus perhatian KOPMAS saat ini adalah persoalan susu kental manis. Mengingat bahwa dalam jangka waktu yang lama masyarakat telah beranggapan bahwa susu kental manis adalah minuman bergizi untuk anak sehingga tidak mudah untuk memperbaiki mindset masyarakat tersebut," ungkap Yuli.

"Kami masih menemukan orang tua yang memberikan susu kental manis sebagai asupan gizi anak di beberapa wilayah di Jawa Barat dan Banten," imbuhnya.

Menurut Yuli, pemerintah memang telah mengeluarkan regulasi namun edukasi langsung ke masyarakat tetap perlu dilakukan.

Minuman Menyerupai Susu

Ketua Himpunan PAUD Indonesia Netty Herawaty dalam sebuah kesempatan menceritakan, ada kecenderungan orang tua memberikan anak minuman yang menyerupai susu, apabila mereka tidak sanggup membelinya.

Menurut KOPMAS, hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan nutrisi anak.

"Karena pengetahuan mereka rendah, mereka tidak paham tentang susu dan ditambah lagi ekonomi mereka juga rendah. Nah, susu itu identik dengan putih," tutur Netty.

"Maka pada saat ekonominya lagi nggak ada sementara anak butuh susu, maka dicari solusi yang menurut anak itu putih," imbuhnya.

Baca juga: Di Balik Manisnya Susu Kental Manis, Ahli Jelaskan Bahayanya

Salah satu temuan Netty saat melakukan pengumpulan data di Riau adalah orang tua yang mencampur tepung terigu dengan air dan gula. Campuran terigu tersebut diberikan orang tua kepada anak sebagai pengganti susu karena warnanya yang putih.

"Saya kaget waktu menemukan itu, sampai segitunya gitu lho pemahaman tentang susu. Sampai nggak punya susu, harus cari yang seolah-olah susu buat anak," kata Netty.

"Bisa jadi, bahwa susu kental manis akan dianggap solusi bagi orang-orang seperti ini. Bahkan kental manis lebih enak juga, sudah dalam bentuk sachet dan rasanya manis," sambungnya.

Pentingnya Edukasi

Persoalan pengetahuan masyarakat akan gizi anak inilah yang menurut Netty harus cepat dituntaskan.

Apalagi dengan pengetahuan orang tua dan keadaan ekonomi keluarga yang rendah namun mereka menyadari bahwa anak mereka butuh susu.

Menurut dia, hal inilah yang akan menjadi penyebab pemberitaan tentang anak kurang gizi dan stunting masih akan mewarnai isu kesehatan di Indonesia.

Lebih lanjut, Netty meminta agar masyarakat dapat melindungi dirinya sendiri dengan cara mengedukasi para pengambil keputusan.

"Bila pengambil keputusan dalam keluarga sudah teredukasi, maka apapun yang ditawarkan (iklan) kepadanya dia tidak akan pakai," jelas Netty.

Waspada Susu Palsu

Selain SKM dan minuman menyerupai susu, sekitar tahun 2017 masyarakat juga diresahkan dengan munculnya susu formula palsu di Malaysia.

Baca juga: Susu Kental Manis Tidak Cocok Dikonsumsi oleh Anak, Ini Sebabnya

Ilustrasi susuronstik Ilustrasi susu

Padahal, beberapa orang tua cukup getol memberikan anaknya susu formula. Untuk itu, berikut beberapa tips membedakan susu formula asli dan palsu yang dirangkum dari Nakita.

- Bentuk alumunium foil susu formula asli bisanya menggembung. Ini berbeda dengan susu formula palsu yang bentuknya pas.

- Anda juga bisa merebus susu selama beberapa menit pada api kecil sambil mengaduk hingga padat lalu tunggu 2 sampai 3 jam. Jika padatan menghasilkan minyak maka itu susu asli.

- Kita bisa melakukan tes menggunakan alat milk slip test yang dibeli di toko bahan kimia. Teteskan air susu ke permukaan slip yang telah dipoles, jika meninggalkan jejak putih maka itu susu asli.

Susu UHT Tak Sepenuhnya Susu Segar

Beberapa orang tua di Indonesia kadang memilih susu Ultra High Temperature (UHT) untuk memenuhi kebutuhan anak mereka. Namun, menurut penelusuran Kompas.com, sebagian besar susu UHT tidak murni susu segar.

Kebanyakan, komposisi susu UHT adalah susu segar yang ditambah susu skim, lemak susu, perisa, gula, dan berbagai tambahan lainnya.

Dalam informasi nilai gizi, susu UHT yang tidak berperisa (susu putih) tidak mengandung gula. Sedangkan susu UHT yang memiliki rasa beraneka macam cenderung mengandung gula mulai dari 12 hingga 24 gram.

Merujuk pada video yang dibuat oleh KOPMAS, batas konsumsi gula anak di bawah 2 tahun yang disarankan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 25 gram.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com