Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Twit CEO Bukalapak, Begini Wajah Dunia Penelitian Indonesia

Kompas.com - 15/02/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

"Aplikasi paten dari Indonesia tidak ada peningkatan yang signifikan. Jumlahnya masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Jumlah paten Singapura dan Malaysia bahkan selalu mengalami peningkatan setiap tahun,” urai Teguh.

Baca juga: Kita Pengin Indonesia Jadi Negara yang Mudah Dapat Paten

Jumlah paten Indonesia yang masih sedikit ini juga sempat menjadi perhatian Kepala Subdirektorat Kerja Sama Internasional, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan HAM tahun 2010, Dede Mia Yusanti.

Jumlah paten Indonesia pada 2001-2007 berkisar antara 3.500 dan 5.000 buah. Paten domestik yang diajukan orang Indonesia hanya 200-280 buah per tahun. Sedangkan paten yang diajukan asing secara langsung ataupun dalam kerangka perjanjian kerja sama paten (PCT) mencapai 3.000-4.400 buah.

"Rendahnya paten di Indonesia terjadi karena rendahnya biaya riset,” kata Dede. Rendahnya biaya riset dan pengembangan itu terjadi baik di lembaga penelitian dan perguruan tinggi maupun di kalangan industri.

3. Jumlah peneliti Indonesia

Salah satu hal yang masih minim dalam dunia penelitian Indonesia adalah jumlah peneliti. Menurut data dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 2016 menyebutkan bahwa kuantitas periset di negeri ini adalah yang paling sedikit di antara negara-negara anggota G-20.

Rasio jumlah periset di Indonesia, menurut sumber tersebut, yaitu 89 peneliti untuk per 1 juta penduduk. Dibandingkan dengan Singapura—jawara ASEAN—yang memiliki 6.658 peneliti per 1 juta penduduk, Indonesia masih jauh tertinggal.

"Indonesia kekurangan peneliti," ungkap Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro seperti ditulis Kompas, Selasa (20/9/2016).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com