Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Ancaman DBD di Indonesia dan 3 Hal yang Harus Anda Ketahui

Kompas.com - 11/02/2019, 18:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Erni Juwita Nelwan

PENYAKIT demam berdarah sedang mengancam penduduk Indonesia.

Di DKI Jakarta, demam berdarah menyerang lebih dari 800 orangsepanjang Januari 2019. Jumlah kasus tersebut merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir di Ibu Kota. Pekan lalu seorang anak berusia empat tahun di Jakarta Barat tewas setelah terkena penyakit menular ini.

Kasus demam berdarah juga terjadi di berbagai daerah seiring dengan meningkatnya intensitas hujan pada awal tahun ini. Secara nasional, sepanjang Januari, setidaknya ada 13.600 kasus demam berdarah, dengan kematian 133 orang. Jumlah kasus ini naik lebih dari dua kali lipat dibanding tahun lalu pada bulan yang sama.

Peningkatan kasus tahun ini menunjukkan Indonesia kembali menghadapi kemungkinan wabah. Indonesia telah beberapa kali mengalami kejadian luar biasa (outbreak) demam berdarah, yaitu pada 1973, 1988, 1998, 2007, dan 2010.

Infeksi virus demam berdarah merupakan salah satu virus yang paling cepat intensitas penularannya di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya dan 3,9 juta orang diperkirakan berisiko terinfeksi. Infeksi berat yang membutuhkan perawatan di rumah sakit terjadi pada sekitar 500 ribu orang per tahun.

Memahami penyebab dan pola penyebaran penyakit ini akan membantu kita dalam mencegah dan mengobatinya. Artikel ini mengulas tiga hal terkait penyebab, pengobatan, dan pencegahan demam berdarah.

Bagaimana penyakit ini menular

Infeksi virus Dengue dapat menyerang segala usia mulai dari bayi sampai orang usia lanjut. Keparahan penyakit dipengaruhi oleh usia di mana kematian lebih banyak dilaporkan terjadi pada anak. Berdasarkan laporan riset, angka kematian akibat demam berdarah di Indonesia menurun dari 40% pada 1968 menjadi kurang dari 1% pada 2013.

Ada dua hal yang penting untuk dipahami mengenai demam berdarah. Pertama, penyakit ini ditularkan oleh nyamuk dari satu manusia ke manusia lain. Kedua, terdapat proses perjalanan penyakit yang melibatkan fase dan risiko yang berbeda pada perjalanannya.

Nyamuk yang menjadi vektor adalah Aedes aegypti betina, yang membawa virus dan mampu terbang sejauh maksimal 400 meter. Sekali bertelur, nyamuk betina menghasilkan sekitar 100 telur yang mampu bertahan beberapa bulan dalam cuaca apa pun.

Upaya untuk memberantas telur nyamuk ini tidak dapat dilakukan karena nyamuk biasanya meletakkan telurnya secara tersembunyi di tempat-tempat yang teduh.

Telur kemudian harus melalui fase akuatik yang dimulai saat telur terendam air, misalnya dalam kubangan air hujan atau penampung air bersih lainnya. Hal ini yang menjelaskan mengapa pada jumlah nyamuk semakin banyak pada musim hujan karena sejak telur terendam air sampai jadi nyamuk dewasa hanya membutuhkan waktu tujuh hari.

Nyamuk Aedes aegypti habitat hidupnya di sekitar manusia dan memiliki pola menggigit pada siang hari (day-bitting) dengan puncak aktivitas menggigit pada pagi hari dan sore hari. Aedes juga senang menggigit di dalam rumah. Kemampuan nyamuk untuk menggigit dan menyebarkan virus dengue dipengaruhi oleh cuaca atau suhu lingkungan.

Mengapa bisa terjadi kematian

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau