Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Sisa Aliran Es Kuno Pesaing Antartika di Gurun Afrika

Kompas.com - 06/02/2019, 19:44 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com — Bila melihat rupa gurun Twyfelfontein di bagian utara Namibia sekarang, Anda tak akan percaya bahwa area ini dulunya adalah hamparan es.

Namun, demikianlah yang dibuktikan oleh para ilmuwan. Sekitar 300 juta tahun lalu, ketika Afrika selatan masih terhubung dengan Amerika Selatan, Twyfelfontein ditutupi oleh gletser yang sangat luas.

Malah, pakar geologi Graham Andrews dan Sarah Brown dari West Virginia University menemukan area ini dulunya memiliki aliran es penting yang bisa menyaingi Antartika. Pasalnya, aliran es kuno tersebut menghubungkan pusat gletser langsung ke ujung-ujungnya.

Temuan ini terjadi ketika Andrews dan Brown mendapati pola unik pada kumpulan bukit curam yang dikenal sebagai drumlin Namibia. Brown dan timnya lalu melakukan analisis bentuk dan ukuran lanskap tersebut dengan menggunakan data-data dari Google Earth.

Baca juga: Selama 40 Tahun, Antartika Kehilangan Es 6 Kali Lipat Lebih Banyak

Dugaan mereka terbukti. Ada lekukan besar dan panjang pada batuan drumlin Namibia yang terbentuk akibat es kuno yang bergerak dengan sangat cepat, sekitar 800 meter per tahun.

Menelusuri bentuk tersebut, tim Brown mengungkapkan adanya aliran es kuno sepanjang 200 kilometer ke arah barat laut.

Aliran inilah yang mengeringkan lapisan es Afrika Selatan, yang sudah ada sejak Zaman Paleozolikum, dengan menuangkannya ke lingkungan kelautan dangkal yang kini telah berubah menjadi Brasil.

Kepada Sciencealert, Rabu (6/2/2018), Andrews mengatakan, orang-orang tahu bahwa bagian dunia ini pernah ditutupi oleh es. Namun, tidak ada seorang pun yang menyebutkan bagaimana drumlin terbentuk atau bagaimana mereka bisa ada di situ.

Tidak hanya mengungkap bagaimana drumlin terbentuk, hasil karya Brown dan tim ini juga mengonfirmasikan hubungan kedua selatan benua dan lokasi Afrika selatan 300 juta tahun yang lalu.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS One.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com