KOMPAS.com – Bayi sotong firaun (Sepia pharaonis) bisa dibilang adalah salah satu hewan termalang di dunia. Bagaimana tidak, ayah bayi sotong mati setelah kawin, sementara ibunya mati setelah bertelur. Alhasil, bayi sotong harus berusaha untuk bertahan hidup sejak masih dalam telur.
Entah untung atau tidak, telur sotong juga akan berubah transparan beberapa hari sebelum bayi menetas. Dengan demikian, bayi sotong bisa melihat dan mendeteksi petunjuk kimia ketika musuh muncul.
Lantas, apa yang harus bayi sotong lakukan untuk bertahan hidup dari musuh saat masih di dalam telur? Para peneliti dari University of Caen Normandy di Perancis dan National Tsing Hua University di Taiwan menyelidiki.
Dipublikasikan dalam bioRxiv.org, rupanya satu-satunya cara yang bisa dilakukan oleh bayi sotong adalah menahan napas dan berharap tidak terdeteksi oleh musuh.
Baca juga: Kisah Perjuangan Amirah, Bayi Gajah yang Terjerat hingga Mati
Untuk dapat menemukan hal itu, para peneliti meletakkan telur-telur yang sudah transparan ke dalam kontainer bening dengan sensor.
Kontainer sotong kemudian dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi ikan buntal, predator alami sotong. Dengan segera, kecepatan ventilasi sotong turun drastis hingga sotong tampak berhenti bernapas.
Hal yang sama juga terjadi ketika para peneliti memasukkan tinta sotong ke dalam kontainer berisi telur sotong. Pasalnya, sotong mengeluarkan tinta ketika merasa terancam untuk melawan musuh dan memperingatkan kawan-kawannya. Tampaknya, perilaku ini telah ada sejak sotong masih dalam telur.
Baca juga: Perawat Harus Menipu Ibu Panda bila Lahirkan Bayi Kembar, untuk Apa?
Para peneliti juga memastikan bahwa bayi sotong hanya menahan napas ketika berhadapan dengan predator. Ketika berhadapan dengan ikan badut yang tidak memakan sotong, bayi dalam telur tampaknya merasa aman-aman saja dan tidak menahan napas.
Lucunya, para peneliti bisa membuat bayi-bayi sotong ini “trauma” terhadap bayi badut dengan mengombinasikan ikan badut dan tinta cumi. Setelah diulang selama empat hari, bayi sotong langsung menahan napas ketika melihat ikan badut.
Para peneliti menulis dalam laporannya bahwa mereka tidak yakin apa yang memberi sinyal kepada bayi-bayi sotong untuk mulai mempertahankan diri, apakah motif pada tubuh ikan buntal atau hal lainnya?
Meski demikian, ada satu hal yang diyakini oleh para peneliti. Ini merupakan kali pertama dunia ilmiah berhasil membuktikan bahwa seperti manusia dan hewan bertulang belakang lainnya, hewan yang tidak bertulang belakang pun juga sudah bisa belajar sejak masih dalam kandungan atau telurnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.