KOMPAS.com - Seekor katak bernama Romeo dianggap sebagai yang terakhir dari spesiesnya. Setelah bertahun-tahun sendiri, akhirnya katak itu menemukan Julietnya.
Dikenal sebagai katak yang paling kesepian di dunia, selama sepuluh tahun Romeo berjuang bertahan hidup agar tidak binasa dan punah. Selama bertahun-tahun pula, ia mendekam dalam akuarium.
Akhirnya penantiannya membuahkan hasil. Belum lama ini para ahli menemukan saudaranya bersembunyi di dalam hutan Bolivia yang terpencil. Tak hanya satu, ahli menemukan lima katak air Sehuencas (Telmatobius yuracare), dua betina dan tiga jantan.
Temuan ini mungkin belum cukup untuk mempertahankan populasi di alam liar, tapi setidaknya masih ada harapan dari upaya konservasi.
Baca juga: Tertangkap Kamera, Ular Piton Gendong Katak Tebu di Australia
Para ilmuwan dari Museum Sejarah Alam Bolivia (Museo de Historia Natural Alcide dOrbigny) akan mencoba membiakkan amfibi yang terancam punah itu di penangkaran sebelum membawanya kembali ke alam liar.
Salah satu betina yang baru ditemukan dan paling enerjik khusus akan dipasangkan untuk Romeo. Seperti pada kisah romantis legendaris, katak betina itu dinamai Juliet.
"Ia sangat kuat dan mampu berenang dengan sangat cepat. Ia tampak hebat dan sehat," kata Teresa Camacho Badani, kepala herpetologi yang menemukan katak tersebut seperti dilansir Science Alert, Rabu (16/1/2019).
Menurut Camacho, kepribadian katak Juliet sangat berlawanan dengan katak Romeo yang pemalu.
"Jadi kami pikir mereka akan menjadi pasangan yang sangat cocok," imbuhnya yakin.
Masa kritis kehidupan amfibi
Para ahli telah memperingatkan bahwa akan terjadi peristiwa kepunahan massal di muka Bumi, salah satu yang paling jelas adalah di dunia amfibi.
Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), ada banyak spesies amfibi yang masuk kategori terancam punah, sama seperti beberapa burung dan mamalia.
Sebagian besar ahli memperkirakan bahwa 40 persen amfibi dalam bahaya kepunahan dan hampir sepertiganya sudah masuk klasifikasi terancam punah.
Di Bolivia, Amerika Selatan, 22 persen amfibi terancam punah karena hilangnya habitat, polusi, juga perubahan iklim.
Salah satu ancaman terbesar bagi kelangsungan hidup amfibi adalah wabah penyakit menular yang disebut chytridiomycosis atau infeksi jamur yang diperburuk perubahan iklim. Penyakit ini diyakini dapat memusnahkan amfibi di seluruh dunia, termasuk katak Sehuencas.
Kisah tentang katak Romeo tahun lalu pernah muncul di salah satu profil kencan Match.com.
Dalam keterangan profil, entah siapa yang membuatnya menuliskan pernyataan sebagai berikut.
"Saya seekor Sehuencas (dibaca say-when-cuss)katak air dan saya benar-benar yang terakhir dari spesies saya. Itu sebabnya saya ada di sini, dengan harapan menemukan pasangan yang cocok untuk menyelamatkan jenis kita sendiri," tulis kampanye tersebut.
Kampanye ini diluncurkan tepat pada hari Valentine dengan tujuan mengumpulkan dana sebesar 15.000 dollar AS untuk menemukan katak Sehuencas lain. Pada akhirnya, semua upaya yang pernah dilakukan terjawab.
Baca juga: Katak Jenis Baru Ditemukan, Suaranya Mirip Jangkrik
Meski Romeo telah menemukan Julietnya, namun kedua katak itu tidak langsung disatukan dalam satu akuarium. Sebelumnya ahli melakukan skrining dan perawatan untuk mengecek adanya infeksi chytridiomycosis atau tidak.
"Kami tidak ingin Romeo sakit pada kencan pertamanya," kata Badani.
"Saat sudah dipastikan bersih, kita akan menyatukan keduanya," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.