Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kasus Luka Bakar Usai Terperosok di Lahan Kosong, Ini Kata Ahli

Kompas.com - 15/01/2019, 17:35 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kasus luka bakar yang dialami tiga anak di Bekasi menimbulkan banyak pertanyaan. Bagaimana tidak, ketiga anak itu mendapatkan luka bakar hanya karena terperosok di lahan kosong di Kampung Kramat Blencong, Desa Segara Makmur, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Untuk itu, Kompas.com meminta pendapat dari Rovicky Dwi Putrohari, geolog dan anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

"Salah satu bahan kimia yang menyebabkan luka bakar adalah Asam Sulfat atau banyak yang mengenalinya sebagai 'Air aki'," ungkap Rovicky melalui pesan singkat, Selasa (15/01/2019).

Menurut Rovicky, benda dengan nama senyawa H2SO4 ini memiliki efek mirip efek terbakar api jika terkena pada kulit manusia.

Baca juga: Kasus Jurnalis Khashoggi, Cairan Asam Apa Bisa Lenyapkan Manusia?

"Saya belum tahu apa limbah yang ada di situ (Bekasi), tetapi larutan asam yang sering menyebabkan luka seperti terbakar," ujar Rovicky.

Pendapat senada juga diungkapkan Yuyun Ismawati, ahli lingkungan sekaligus pendiri LSM Bali Fokus.

"Kemungkinan itu sludge (endapan) yang mengandung spent sulphuric acid," kata Yuyun.

"Sulphuric acid banyak digunakan untuk proses kimia di berbagai industri antara lain industri tekstil untuk membuat pewarna," imbuhnya.

Rovicky juga menuturkan salah satu contoh luka bakar yang kemungkinan akibat terkena larutan asam adalah kasus Novel Baswedan.

Kasus lain serupa adalah tergulingnya truk yang mengangkut asam sulfat di Tol Angke. Peristiwa pada Mei 2015 itu bahkan menewaskan seorang tunawisma yang tak sengaja menghirup asap tumpahan cairan kimia tersebut.

Ciri-ciri

Seperti yang terjadi di tol Angke, kemungkinan, tanah lapang di Bekasi itu juga tercemar oleh cairan kimia.

Rovicky menuturkan bahwa ada ciri yang terlihat dari tanah yang tercemar larutan asam.

"Biasanya tanahnya berasap," tegas Rovicky.

"Ini karena terjadi reaksi oksidasi," imbuhnya.

Selain itu, Rovicky juga menjelaskan bahwa larutan asam bersifat sangat korosif.

"Kalau terkena besi menjadikan cepat karatan," ucapnya.

"Sangat berbahaya," dia menegaskan.

Sayangnya, menurut Yuyun, ciri-ciri ini tidak selalu terlihat. Salah satu yang hal yang paling menegaskan cemaran larutan asam adalah efek panas dan terbakar jika terkena kulit.

"Susah (untuk melihat ciri-cirinya), nggak bisa kelihatan kasat mata," tuturnya.

Yuyun juga meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam menggunakan air sumur di dekat tempat kejadian perkara. Itu karena, menurut Yuyun, ada kemungkinan di tanah kosong tersebut telah ditimbun dengan limbah.

"Kemungkinan itu sludge dari limbah pabrik yang dimanfaatkan untuk tanah urukan," kata Yuyun.

Cara Menetralkan

Larutan ini memang bisa mencemari lingkungan, meski begitu juga bisa dinetralkan. Rovicky membagikan beberapa tips sederhana untuk menetralkan limbah tersebut.

"Salah satu cara mudah menetralkan limbah adalah dicampur dengan air soda atau soda kue (baking soda)," tuturnya.

Baca juga: Penanganan Luka Bakar akibat Serangan Air Keras

Namun perlu diperhatikan, cara ini hanya bisa dilakukan untuk wilayah tercemar yang kecil saja.

"Kalau skalanya besar ya jangan sederhana begitu," kata Rovicky.

"Ini (penggunaan backing soda) kalau misal dirumah menumpahkan air aki ketika mengisi saja.
kalau sekala pabrik ya harus benar-benar proper lah," tegasnya.

Selain itu, dalam skala besar, dia menjelaskan pentingnya melihat kasus yang terjadi. Terutama, dia menegaskan jenis larutan asam perlu diketahui terlebih dahulu sebelum menentukan cara menetralkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com