KOMPAS.com - Ilmuwan saraf AS berhasil membuat tiga orang berkomunikasi tanpa berbicara. Mereka menghubungkan tiga otak peserta untuk bekerja sama memainkan permainan Tetris.
Para ahli berpendapat, eksperimen liar ini dapat ditingkatkan untuk menghubungkan seluruh jaringan manusia. Sesuatu yang terdengar sangat aneh dan mustahil.
Eksperimen ini menggunakan kombinasi electroencephalograms (EEG) untuk merekam impuls listrik yang menunjukkan aktivitas otak dan simulasi magnetik transkranial (TMS) untuk merangsang neuron dengan medan magnet.
Tim di balik eksperimen ini menjuluki metode itu dengan nama BrainNet. Mereka berkata hal ini seperti jaringan yang menghubungkan banyak pikiran berbeda secara bersamaan.
Baca juga: Uji Sementara Tunjukkan Obat Asma Bisa Memperlambat Kerusakan Saraf
Meski terdengar aneh, ahli mengklaim BrainNet dapat memaparkan fungsi otak yang lebih dalam lagi.
"Kami menghadirkan BrainNet, metode yang bisa digunakan banyak orang unuk memahami isi pikiran orang lain dan bekerja sama memecahkan masalah kolaboratif," tulis para ahli dalam laporannya yang terbit secara online di server pra-cetak arXiv pada Oktober 2018.
"Metode ini memungkinkan tiga relawan bekerja sama menyelesaikan permainan (Tetris) menggunakan komunikasi otak," imbuh mereka.
Seperti dilansir Science Alert, Selasa (1/1/2019), ahli menggunakan lima kelompok berisi tiga orang untuk eksperimennya.
Pada masing-masing kelompok, dua orang berperan sebagai pengirim ide. Mereka terhubung dengan alat EEG dan diminta memegang Tetris.
Kedua pengirim ide ini tidak memainkan permainan secara langsung, tapi mereka hanya diminta memutuskan lewat pikiran apakah balok yang turun harus diputar atau tidak.
Setelah membuat keputusan, mereka harus menatap salah satu dari dua LED yang berkedip di kedua sisi layar, yang satu berkedip 15 Hz dan yang lain 17 Hz. Keduanya menghasilkan sinyal berbeda di otak - antara balok diputar atau tidak - yang bisa ditangkap EEG.
Langkah yang diambil pengirim ide kemudian diteruskan ke orang terakhir dalam kelompok yang berperan sebagai penerima. Ia menggunakan topi TMS yang dapat menghasilkan indraan cahaya subyektif dalam pikiran penerima atau dikenal sebagai fosfen.
Dalam hal ini, penerima tidak dapat melihat permainan yang sedang dimainkan. Namun, ia harus memutuskan gerakan jika sinyal lampu kilat dikirim.
Setelah melakukan eksperimen, hasil akurasi eksperimennya rata-rata 81,25 persen.
Untuk menambahkan lapisan kompleksitas tambahan ke permainan, pengirim dapat menambahkan umpan balik putaran kedua yang menunjukkan apakah penerima telah menangkap arahan yang benar.
Penerima dapat mendeteksi pengirim mana yang paling dapat diandalkan berdasarkan komunikasi otak saja.
Menurut ahli, ini menunjukkan harapan untuk mengembangkan sistem yang berhubungan dengan skenario dunia nyata di mana ketidakpercayaan manusia diragukan.
Dan sementara sistem saat ini hanya dapat mengirimkan satu kilat cahaya pada suatu waktu, tim dari University of Washington dan Carnegie Mellon University berencana akan mengatur ulang untuk memperluas sistem.
Kelompok peneliti yang sama berhasil menghubungkan dua otak. Tim sebelumnya membuata 20 daftar pertanyaan dan harus dijawab dengan "ya" atau "tidak" dengan bantuan sinyal cahaya.
Baca juga: 5 Faktor yang Meningkatkan Risiko Saraf Kejepit
Hingga saat ini komunikasi aneh ini belum ditinjau oleh komunitas ahli saraf. Namun sekilas memberi cara fantastis untuk menyampaikan pemikiran satu sama lain di masa depan, mungkin nantinya dapat digunakan untuk mengatasi masalah besar.
"Studi kami memungkinkan adanya komunikasi antar otak yang memungkinkan untuk pemecahan masalah kooperatif," tukas tim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.