Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/12/2018, 01:36 WIB

KOMPAS.com - Gelombang pasang yang menerjang wilayah Banten dan lampung pada Sabtu (22/12/2018) malam tidak selain menyebabkan kerusakan juga memicu sejumlah pertanyaan.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat menyatakan dalam akun Twitter-nya bahwa gelombang itu hanya akibat purnama.

Namun, keterangan pers dari Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono kemudian menyatakan bahwa yang terjadi adalah tsunami. BMKG lantas menghapus pernyataannya di Twitter.

Rahmat mengatakan, tsunami yang terjadi dengan ketinggian tertiggi 0,9 meter itu misterius karena belum diketahui sebabnya. Umumnya, tsunami disebabkan oleh aktivitas tektonik atau gempa.

Namun, pendataan BMKG pada Sabtu mengungkap bahwa tak ada gempa di sekitar Banten dan Lampung yang bisa memicu tsunami.

Ahli tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko yang melakukan kaji cepat mengungkapkan, ada indikasi tsunami tersebut disebabkan oleh erupsi Anak Krakatau.

"Kemungkinan besar terjadi flank failure/collapse akibat aktivitas Anak Krakatau petang ini dan akhirnya menimbulkan tsunami," katanya.

Jika benar hal itu sebabnya, maka fenomena ini masih bisa berulang. "Aktivitas Anak Krakatu belum selesai dan flank atau collapse yang terjadi bisa memicu ketidakstabilan berikutnya," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com Minggu (23/12/2018) dini hari.

Baca juga: BMKG Nyatakan Gelombang Tinggi di Serang sebagai Tsunami

Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wawan Irawan yang dihubungi Kompas.com mengatakan bahwa Anak Krakatau memang mengalami erupsi pada Sabtu pukul 18.43 WIB, terpantau dari Pos Pengamatan Gunung Api Pasauran.

Meski demikian, dia beranggapan bahwa erupsi Anak Krakatau terlalu kecil untuk menimbulkan gelombang besar.

"Saya pikir gelombang tinggi lebih karena pasang laut saja, karena kalau gelombang tinggi karena letusan gunung api perlu letusan yang sangat besar atau karena longsoran tubuh gunung api," jelasnya.

Hal yang sama diungkapkan oleh ahli geologi Surono yang juga dihubungi Kompas.com.

Baca juga: BNPB: Gelombang Pasang di Anyer, Sejumlah Hotel dan Kendaraan Rusak


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com