KOMPAS.com - Yogyakarta hari ini bisa jadi lebih dikenal dengan industri pariwisatanya. Namun dahulu, sebelum titel itu disematkan, Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri gula di tanah Jawa.
Di wilayah inilah, sekitar tahun 1900-an, manisnya gula pernah menjadi penggerak perekonomian Yogyakarta. Secara total, pernah ada 19 pabrik gula yang beroperasi di Yogyakarta.
Beberapa pabrik gula tersebut adalah Pabrik Gula Sewugalur, Pabrik Gula Pundong, Pabrik Gula Randugunting, Pabrik Gula Medari, Pabrik Gula Berbah, Pabrik Gula Kedaton-Pleret, Pabrik Gula Padokan, Pabrik Gula Demakijo, Pabrik Gula Rewulu dan beberapa lainnya.
Baca juga: Andong dan Becak, Sebuah Refleksi Sistem Transportasi di Yogyakarta
Kejayaan masa lalu Yogyakarta inilah yang ingin ditampilkan kembali dalam pameran foto berjudul Suikerkultuur: Jogja Yang Hilang.
Pameran yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta pada 4-12 Desember 2018 ini menyuguhkan foto-foto lama pabrik-pabrik gula tersebut. Beberapa foto juga disandingkan dengan kondisi saat ini.
Kurator Bentara Budaya Yogyakarta, Hermanu, mengaku ide pameran tersebut terinspirasi dari buku tua berjudul Twentieth Century Impressions of Netherlands India terbitan tahun 1902 yang memuat foto-foto pabrik gula di Yogyakarta.
"Ada dorongan kuat untuk memamerkan foto-foto lama itu, sebagai bentuk apresiasi bahwa Yogyakarta pernah memiliki pabrik gula yang menghidupi masyarakat sekitar," tulisnya dalam pengantar pameran.
Ya, masyarakarat dan generasi muda mungkin tak sempat mengetahui keberadaan pabrik tersebut, bahkan bisa jadi belum pernah mendengar namanya sama sekali.
Wajar, sebab bangunan beserta mesin-mesin produksi pabrik gula nyaris musnah tanpa bekas. Beberapa yang tersisa pun kini sudah beralih fungsinya, seperti misalnya Pabrik Gula Berbah yang menjadi hanggar pesawat untuk Museum Dirgantara.
Baca juga: Cerita Karut Marutnya Yogyakarta di Awal Era Kemerdekaan
Menurut catatan Komunitas Roemah Toea, komunitas yang tertarik dengan bangunan tua bersejarah, dari 19 pabrik gula yang pernah berproduksi di Yogyakarta, hanya tiga bekas pabrik saja yang fisiknya masih bisa dikenali. Selebihnya hampir tak berjejak.
"Jadi wajar jika banyak yang tak tahu cerita soal ke-19 pabrik tersebut. Yogyakarta sebagai 'Land of Sugar' hanya tinggal kenangan," kata Aga Yurista Pambayun, Ketua Komunitas Roemah Toea.
Hal ini pula yang disesalkan oleh Budayawan Romo Sindhunata. Ia menyayangkan tak bersisanya bangunan-bangunan pabrik gula ini. Menurut dia, hal tersebut merupakan bentuk kebrutalan manusia terhadap masa lalu.
"Sama dengan menghilangkan sejarah. Kenangannya tidak ada, bekasnya tidak bisa dilihat juga," ungkapnya saat pembukaan pameran.
Kini, tak ada lagi bangunan kokoh penanda sebuah kejayaan industri gula di Yogyakarta. Semoga saja foto-foto lama itu jadi pengingat bahwa masa lalu itu pernah ada.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.