Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DNA Mengungkap, Perkawinan Neanderthal dan Manusia Sering Terjadi

Kompas.com - 03/12/2018, 19:34 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Selama ini kita memahami bahwa manusia Neanderthal memiliki hubungan yang buruk dengan manusia modern (Homo sapiens) yang saat ini mendiami bumi. Bahkan, ada teori yang mengatakan bahwa kepunahan Neanderthal diakibatkan oleh konflik yang terjadi dengan manusia modern.

Namun, para ilmuwan memperkirakan bahwa ada lebih banyak perkawinan yang terjadi antara Neanderthal dengan nenek moyang manusia modern.

Sebelumnya, perkawinan dua kelompok ini diperkirakan hanya terjadi di wilayah Eurasia atau tak lama ketika nenek moyang kita meninggalkan Afrika. Ide ini muncul dari fakta bahwa genom manusia modern dari luar Afrika rata-rata hanya sekitar 2 persen Neanderthal.

Akan tetapi, penelitian terbaru yang terbit pada jurnal Nature Ecology & Evolution menemukan bahwa angka ini naik sampai 12 hingga 20 persen lebih banyak pada masyarakat Asia Timur.

Baca juga: Ukuran Dada Seperti Kita, Kok Neanderthal Bisa Bernapas Lebih Dalam?

"Ada banyak perdebatan tentang mengapa orang Asia Timur tampaknya memiliki nenek moyang Neanderthal sedikit lebih banyak daripada orang Eropa," ujar penulis studi Joshua Schraiber, ahli genetika populasi di Temple University, Philadelphia seperti dikutip dari Live Science  pada Kamis (29/11/2018).

"Ada dua gagasan yang saling bersaing. Salah satunya adalah bahwa orang Asia Timur lebih sering melakukan kawin silang dengan Neanderthal. Yang lainnya adalah, dari beberapa populasi leluhur orang Eropa, hanya satu yang memiliki nenek moyang Neanderthal dan ini menipiskan kontribusi Neanderthal secara keseluruhan," imbuh Schraiber.

Untuk mencari tahu hal ini, para ilmuwan mengembangkan simulasi komputer yang memodelkan bagaimana DNA akan terbagi selama berbagai pertemuan antara manusia modern dan Neanderthal. Kemudian, mereka melihat model mana yang paling sesuai dengan basis data genetika manusia modern.

Para peneliti memperkirakan pola pewarisan DNA Neanderthal yang terlihat pada manusia modern dapat dijelaskan dari berbagai episode perkawinan silang independen antara manusia Neanderthal dan manusia modern yang tidak hanya di Timur Tengah, tetapi juga di Eropa dan Asia Timur.

Baca juga: Jangan Salah, Manusia Purba Neanderthal Juga Punya Perawatan Kesehatan

Efek dilutif atau penuruan kemungkinan juga memainkan beberapa peran di balik alasan lebih sedikitnya leluhur Neanderthal di Eropa daripada di Asia Timur.

Skenario berbagai episode perkawinan silang antara manusia modern dan Neanderthal ini cocok dengan pandangan yang muncul tentang berbagai garis keturunan manusia yang kompleks dan banyak interaksi.

Sebagai contoh, temuan terbaru yang mengatakan bahwa manusia Denisovans berkontribusi pada gen manusia modern setidaknya dua kali dan pada dua komponen genetik yang berbeda yang mana salah satunya adalah penduduk asli Papua dan Australia, dan yang lain di Asia Timur.

Namun, Schraiber menyatakan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan mengapa beberapa DNA Neanderthal tersimpan dalam genom manusia, namun sebagian lainnya hilang.  Satu teori untuk ini adalah bahwa DNA Neanderthal kurang memiliki manfaat bagi manusia modern karena lingkungan mereka berubah seiring waktu.

Selain itu, terdapat teori lain yang menyatakan bahwa akibat perkawinan silang, terjadi mutasi berbahaya DNA yang lebih sering terjadi pada Neanderthal ketimbang manusia modern.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau