KOMPAS.com - Sebuah peristiwa seismik misterius mengguncang Bumi pada 11 November 2018 lalu. Gelombang tak biasa ini terdeteksi oleh sensor gempa di seluruh dunia.
Anehnya, para ilmuwan tidak bisa menjelaskan periwtiwa tersebut. Sementara yang diketahui adalah fenomena ini terkait dengan aktivitas seismik di Kepulauan Mayotte di Samudra Hindia selama beberapa bulan terakhir.
Namun, di luar itu, apa saja yang diindikasikan oleh getaran tak biasa tersebut masih belum jelas.
"Saya tidak berpikir pernah melihat (gelombang seismik) yang seperti itu," ungkap Goran Ekstrom, ahli seismologi dari Columbia University dikutip dari National Geographic, Rabu (28/11/2018).
Jika dirunut ke belakang, setengah tahun sebelum gelombang anomali ini terjadi, para ahli seismologi juga dikejutkan oleh aktivitas seismik abnormal lainnya.
Saat itu terjadi ratusan gempa kecil dan sering yang berasal dari sekitar 50 km lepas pantai timur Mayotte.
Baca juga: Ahli Eropa Uji Ketahanan Bangunan terhadap Gelombang Seismik Gempa
Pada 10 Mei, wilayah ini diguncang gempa yang muncul tiba-tiba. Lindu tersebut juga tidak sendiri, melainkan diikuti ratusan gempa.
Gempa terbesar berkekuatan 5,8 pada 15 Mei. Sejak saat itu, intensitas guncangan mulai menurun.
Hingga akhirnya gempa berkekuatan 5,1 muncul kembali pada 11 November. Meski terdengar mengkhawatirkan, sebenarnya kawanan gempa ini tidak berbahaya.
Dalam kasus ini, para peneliti di Ecole normale superieure di Paris melakukan analisis awal dari gempa swarm ini.
Gempa swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi sangat tinggi dalam waktu relatif lama.
Menurut para peneliti itu, kejadian ini tidak bisa dihjelaskan sebagai gerakan tektonik saja. Artinya, aktivitas gunung berapi di wilayah Mayotte juga harus dilibatkan.
Gempa pada 3 minggu lalu itu menjadi anomali karena guncangan swarm di wilayah tersebut sempat sama sekali tidak terdeteksi lagi.
Melansir Science Alert, Kamis (29/11/2018), guncangan itu disebut para ilmuwan sebagai getaran aneh, panjang, dan datar yang bergerak secara konsisten, tanpa fluktuasi runcing yang merupakan tanda dari aktivitas gempa biasa.
Mengutip France's Bureau de Recherches Géologiques (BRGM), gempa ini memiliki "sinyal frekuensi sangat rendah atipikal". Guncangan diulang dalam gelombang setiap 17 detik, yang berlangsung selama 20 menit.
"Ada banyak hal yang tidak kami ketahui," kata Nicolas Taillefer, kepala unit risiko gempa dan vulkanik BRGM.
Baca juga: Tutur Sejarah Kolonial tentang Gempa-gempa yang Guncang Bali dan Jawa
"Itu sesuatu yang baru pada sinyal di stasiun kami," imbuhnya.
Meski tidak banyak yang diketahui, tim Perancis ini memiliki hipotesis.
Tebakan terbaik para peneliti adalah getaran anomali ini berkaitan dengan aktivitas gunung berapi.
Kemungkinan fenomena aneh ini karena pergerakan magma yang sangat besar di Samudra Hindia.
Jika hipotesis ini benar, maka hal tersebut menjelaskan beberapa fenomena bahwa kepulauan Mayotte sedang bergerak.
Dalam pembacaan GPS, sejak Juli lalu (setelah rangkaian gempa misterius), kepulauan Mayotte bergeser sekitar 60 mm ke arah timur dan 30 mm ke selatan.
Menurut analisis, pergerakan itu disebabkan oleh pengosongan waduk magma di dekatnya. Meski begitu, penelitian lanjutan diperlukan untuk memverifikasi hal ini.
"Oleh karena itu, pengamatan ini mendukung hipotesis kombinasi tektonik dan efek vulkanik yang menjelaskan fenomena geologis yang melibatkan urutan seismik dan fenomena vulkanik," jelas pihak BRGM.
"Hipotesis ini perlu dikonfirmasi oleh penelitian ilmiah di masa depan," tegas mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.