Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Fakta Menarik tentang Menggaruk, Apakah Ada Faedahnya?

Kompas.com - 21/11/2018, 17:24 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Saat rasa gatal mendera, hal yang otomatis akan kita lakukan adalah menggaruk bagian kulit yang gatal itu. Di balik kebiasaan umum yang sering kita lakukan, ternyata ada hubungan antara menggaruk dan kinerja otak.

Berikut adalah 11 fakta tentang menggaruk yang mungkin tidak kita ketahui dan tidak pernah terbayangkan.

1. Rata-rata kita menggaruk 97 kali dalam sehari

Mungkin kita tidak pernah menghitung sudah menggaruk kulit berapa kali dalam sehari. Sebuah studi menemukan, rata-rata manusia menggaruk kulitnya sampai 100 kali dalam sehari.

Saat ini mungkin Anda sedang melakukannya. Silakan menggaruk, tidak ada orang yang menyaksikan.

Baca juga: Bukan Cuma Bikin Gatal, Gigitan Nyamuk Bisa Pengaruhi Kekebalan Tubuh

2. Rasa gatal karena binatang dan tanaman dipicu toksin pada kulit

Saat Anda merasa gatal karena bersentuhan dengan binatang atau tanaman, sebenarnya itu dipicu toksin pada kulit.

Toksin mulai mengeluarkan histamin, bagian dari respon kekebalan tubuh. Hal ini menyebabkan serat syaraf mengirimkan isyarat gatal ke otak.

3. Rasa gatal memiliki jaringan saraf tersendiri

Sebelumnya kita berpikir bahwa rasa gatal dan sakit, berbagi jalur yang sama. Baru pada 1997 tercatat bahwa rasa gatal sebenarnya memiliki serat saraf tersendiri.

4. Isyarat gatal bergerak lebih lambat

Semua serat saraf memiliki kecepatan yang berbeda-beda.

Isyarat sentuhan berkecepatan 321 km per jam.

Sakit yang segera dirasakan, ketika Anda tidak sengaja menyentuh kompor panas reaksinya berkecepatan 128 km per jam.

Nah, rasa gatal bergerak dengan kecepatan hanya 2 mph atau 3 km per jam, lebih lambat dari kecepatan orang berjalan.

5. Rasa gatal menular, sama dengan menguap

Para ilmuwan membuktikan hal ini dengan memperlihatkan rekaman video tikus yang menonton tikus lain sedang menggaruk.

Saat kelompok pertama menggaruk, tikus lain yang menonton ikut menggaruk.

6. Garukan menular melibatkan bagian kecil otak bernama nukleus suprachiasmatic

Bagian otak bernama nukleus suprachiasmatic diduga kuat terlibat dalam hal ini. Namun, ahli saraf masih belum mengetahui bagaimana bagian otak ini terlibat dalam melihat dan menyebarkan tindakan menggaruk.

7.Cara terbaik menghilangkan rasa gatal

Ilustrasi menggarukchampja Ilustrasi menggaruk

Menggaruk adalah cara terbaik bagi tubuh untuk menghadapi 'penjajah' penyebab rasa gatal.

Hal ini membantu mengusir serangga pengganggu atau tanaman beracun.

Garukan juga membuat pelebaran pembuluh darah, membuat sel darah putih dan plasma mengalir untuk mengusir toksin pengganggu.

Inilah yang menyebabkan kulit menjadi merah dan bernoda.

8. Menggaruk terasa nikmat karena melepaskan serotonin di otak

Serotonin adalah transmiter syaraf yang para ilmuwan pandang membangkitkan kebahagiaan.

Semakin banyak serotonin mengalir di tubuh, Anda semakin lebih bahagia. Tidaklah mengherankan jika kadang-kadang sulit bagi kita untuk berhenti menggaruk.

9. Tempat terbaik untuk digaruk adalah pergelangan kaki

Menurut sebuah kajian yang dimuat di British Journal of Dermatology pada 2012, rasa gatal paling sering dirasakan di pergelangan kaki.

Tempat ini juga merupakan titik ternikmat dari sensasi menggaruk dan biasanya paling lama dilakukan.

Jujur saja, apakah Anda baru saja menggaruk pergelangan kaki untuk memastikannya?

10. Semakin Anda menggaruk, semakin gatal

Waspadai siklus gatal-garuk!

Menggaruk kulit membebaskan histamin tambahan, mengirimkan semakin banyak isyarat gatal ke otak.

Jika Anda terlalu banyak melakukannya, kulit akan pecah, berisiko mengalami infeksi dan menyebabkan kudis.

Baca juga: Mengapa Menggaruk Daerah yang Gatal Rasanya Begitu Nikmat?

11. Siklus gatal-garuk

Siklus gatal-garuk adalah masalah yang dihadapi penyakit kulit seperti psoriasis dan eksim

Antihistamin sering kali diberikan untuk mencoba mengurangi pengaruh histamin dan mengatasi rasa gatal.

12. Rasa gatal kronis sama melelahkannya dengan rasa sakit kronis

Peneliti kedokteran menemukan orang yang menderita rasa gatal tanpa henti mengalami tingkat ketidaknyamanan dan depresi yang sama dengan pasien penyakit kronis.

Menurut kajian yang diterbitkan Archives of Dermatology, orang yang menderita karena rasa gatal selama berminggu-minggu atau bahkan tahunan mengalami masalah seserius penderita sakit kronis.

Bahkan, penulis penelitian mengatakan rasa gatal kronis adalah "sama dengan rasa sakit yang dialami kulit".

Dan bukan hanya itu, - rasa gatal yang terus ada seharusnya tidak diacuhkan. Rasa gatal kronis dikaitkan dengan berbagai penyakit seperti masalah kelenjar hati dan lymphoma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com