Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Fakta Menarik tentang Nyamuk, Si Kecil Pengisap Darah

Kompas.com - 19/11/2018, 18:38 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Memasuki musim pancaroba atau peralihan kemarau ke penghujan, masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan. Sebab, saat pancaroba banyak jenis penyakit yang mengancam kesehatan, terutama yang disebabkan gigitan nyamuk.

Berbicara tentang nyamuk, binatang kecil ini terkenal sebagai binatang penghisap darah dan penyebar beberapa jenis penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan kaki gajah.

Namun, ternyata ada beberapa hal menarik tentang nyamuk yang belum kita ketahui. Berikut ini adalah enam fakta menarik mengenai nyamuk, diambil dari Mosquitoworld.net.

1.Nyamuk tidak punya gigi

Berbeda dengan jenis binatang pada umumnya yang memiliki gigi sebagai alat untuk mengunyah makanan, nyamuk tidak memilikinya. Hal itu disebabkan karena nyamuk hanya mengonsumsi darah sebagai makanan.

Untuk mengisap darah, ia hanya menggunakan bagian tubuh bernama proboscis atau sejenis jarum yang ia gunakan untuk menembus kulit mangsanya.

Proboscis terdiri dari dua tabung. Satu berfungsi sebagai penyalur air liur nyamuk, sementara satu lainnya untuk menyedot darah ke dalam tubuhnya.

Baca juga: Bukan Cuma Bikin Gatal, Gigitan Nyamuk Bisa Pengaruhi Kekebalan Tubuh

2. Jumlah darah yang dihisap

Jumlah darah yang dihisap oleh seekor nyamuk sangat bervariasi, tergantung jenis nyamuk tersebut. Mereka akan berhenti minum apabila perut mereka sudah terisi penuh.

Rata-rata seekor nyamuk meminum 0,001 sampai 0,1 mili liter darah dalam sekali hisap.

3. Cara pejantan mengenali betina

Sepintas nyamuk terlihat seperti tidak memiliki perbedaan fisik antara betina dan pejantan. Namun, ternyata ada trik tersendiri yang digunakan oleh pejantan dalam menemukan betina yang sepintas semua terlihat sama saja.

Trik itu dengan memperhatikan bunyi dari kepakan sayap yang dihasilkan ketika terbang. Bunyi kepakan sayap antara pejantan dan betina memiliki perbedaan, dan pejantan bisa mendeteksi perbedaan itu.

Baca juga: Adakah Makanan yang Bisa Mencegah Kita Digigit Nyamuk?

Ilustrasi nyamuk. Ilustrasi nyamuk.

4. Usia nyamuk pendek

Seekor nyamuk memiliki usia hidup yang relatif pendek. Antara betina dan pejantan, lama masa hidup mereka berlainan.

Nyamuk betina cenderung memiliki usia yang lebih panjang dibanding pejantan, yakni dua minggu hingga empat minggu dalam kondisi idealnya.

Namun, beberapa jenis nyamuk, betinanya dapat bertahan selama beberapa bulan, karena selama musim dingin mereka melakukan hibernasi.

Sementara nyamuk jantan, usianya hanya berkisar lima hari - tujuh hari, jauh lebih pendek dari sang betina.

5. Kecepatan terbang

Kecepatan terbang seekor nyamuk bisa mencapa 1-1,5 mil per jam. Mereka biasanya terbang tidak jauh atau dekat dengan tanah. Kebanyakan dari mereka, tidak terbang lebih dari 1 mil dari tempat di mana mereka menetaskan telurnya.

Baca juga: Meski Meleset, Pukulan Anda Bisa Bikin Nyamuk Kapok dan Tak Mendekat

6. Obyek sasaran nyamuk

Kadang kita bertanya-tanya mengapa si A sering digigit nyamuk, sementara yang lain tidak. Jawabannya adalah perbedaan suhu dan kondisi seorang manusia atau binatang yang menjadi sasaran.

Beberapa hal yang mempengaruhi adalah jumlah karbondioksida atau suhu panas, kemudian keringat, parfum, shampoo, dan produk perawatan tubuh lainnya. Nyamuk diketahui tertarik dengan hal-hal tersebut.

Sementara kemampuan mereka  mendeteksi keberadaan kulit manusia bisa dilakukan dari jarak hingga  100 kaki atau sekitar 30,48 meter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com