KOMPAS.com – Setelah nyaris punah, kondisi gorila pegunungan di alam liar kini menunjukkan peningkatan berkat upaya konservasi yang sukses.
Peningkatan ini rupanya cukup mengesankan sehingga Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) pun mengubah status spesies ini dari “terancam kritis” menjadi “terancam”. Status tersebut diberikan ketika jumlah suatu spesies di alam berada di atas 1.000 ekor.
Meski demikian, ini bukan saatnya untuk mengendurkan upaya konservasi. IUCN menekankan bahwa gorila pegunungan masih tetap terancam pun, dan berbagai faktor, seperti membatasi jumlah turis dan mencegah interaksi jarak dekat antara gorila pegunungan dan manusia, adalah kunci penting untuk menjaga masa depan spesies ini.
Perlu Anda ketahui, gorila pegunungan (Gorilla beringei beringei) adalah salah satu di antara dua subspesies gorila timur. Hewan ini bisa ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Rwanda, dan Uganda.
Baca juga: Gorila Nekat Daki Gunung Berapi Demi Cari Tanaman Asin
Sayangnya di ketiga negara itu, perburuan liar merajalela. Saking parahnya, pada tahun 2008, jumlah gorila gunung hanya tinggal 680 ekor di alam liar.
Selain itu, penyakit yang ditularkan manusia, seperti Ebola, juga mengancam kelangsungan gorila gunung.
Berbagai upaya konservasi, seperti menyediakan dokter hewan, melumpuhkan perangkap, dan melakukan patroli anti perburuan liar, pun dilakukan. Upaya ini berhasil mengangkat jumlah gorila gunung menjadi 1.000 ekor, tertinggi dalam catatan kita.
Selain gorila gunung, hewan lain yang kondisi juga membaik dalam daftar IUCN adalah paus sirip (Balaenoptera physalus). Status hewan ini naik dari “terancam” menjadi “rentan” sejak jumlahnya di alam liar menjadi dua kali lipat dari tahun ’70-an atau sekitar 100.000 ekor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.