KOMPAS.com — Pernikahan sekerabat sering kali digambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan. Dalam stereotipe Hollywood misalnya, orang yang dilahirkan dari perkawinan sekerabat digambarkan sebagai individu dengan gangguan mental dan cacat fisik.
Perkawinan sekerabat (inbreeding) adalah perkawinan organisme yang terkait erat dalam kekerabatan. Dengan kata lain, perkawinanan ini diartikan ketika seseorang menikah dengan saudara dekat seperti sepupu.
Bentuk pernikahan kerabat ini bertentangan dengan tujuan biologis dari perkawinan, yaitu pencampuran DNA.
Untuk diketahui, DNA manusia dibundel menjadi 23 pasang kromosom. Di dalam setiap kromosom ada ratusan ribu gen dan terlebih lagi, setiap gen memiliki dua salinan yang dikenal sebagai alel.
Gen menentukan berbagai aspek penampilan Anda, seperti warna rambut dan mata, serta faktor biologis seperti golongan darah Anda.
Gen-gen ini terbagi dalam dua kategori, dominan dan resesif.
Jika salah satu gen dominan, maka hasilnya adalah Anda mendapatkan sifat gen itu. Namun, untuk sifat-sifat yang berasal dari gen resesif, Anda perlu kedua gen menjadi resesif.
Sebagai contoh, gen untuk mata coklat adalah dominan. Dengan demikian, punya satu gen ini akan membuat mata Anda menjadi coklat.
Namun, gen untuk mata biru bersifat resesif sehingga Anda perlu dua gen untuk mendapatkan mata biru.
Baca juga: Bagaimana Pernikahan Ubah Kesehatan Fisik dan Mental, Menurut Sains
Dominan dan resesif menjadi penting karena cacat bawaan dan penyakit genetik tertentu, seperti cystic fibrosis, yang dibawa oleh alel resesif.
Perkawinan sekerabat menambah kemungkinan Anda lahir dengan kondisi seperti itu.
Pasangan yang memiliki hubungan darah juga memiliki DNA yang sama sehingga kemungkinan mereka membawa gen resesif yang sama menjadi sangat meningkat.
Menurut sebuah studi pada 2011, tingkat kematian menjelang kelahiran dan kematian pada anak meningkat jika anak itu berasal dari perkawinan sepupu langsung.
Karena perkawinan sekerabat berisiko tinggi, logika kenapa itu dilakukan terlihat sangat membingungkan.
Secara historis, perkawinan sekerabat dilakukan untuk mempertahankan sifat-sifat dalam garis darah. Selain itu, biasanya, hal ini juga digunakan untuk mempertahankan kekuasaan.