Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Efek Terjadinya Perkawinan Antarsaudara Dekat?

Kompas.com - 17/11/2018, 11:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com — Pernikahan sekerabat sering kali digambarkan sebagai sesuatu yang mengerikan. Dalam stereotipe Hollywood misalnya, orang yang dilahirkan dari perkawinan sekerabat digambarkan sebagai individu dengan gangguan mental dan cacat fisik.

Perkawinan sekerabat (inbreeding) adalah perkawinan organisme yang terkait erat dalam kekerabatan. Dengan kata lain, perkawinanan ini diartikan ketika seseorang menikah dengan saudara dekat seperti sepupu.

Bentuk pernikahan kerabat ini bertentangan dengan tujuan biologis dari perkawinan, yaitu pencampuran DNA.

Untuk diketahui, DNA manusia dibundel menjadi 23 pasang kromosom. Di dalam setiap kromosom ada ratusan ribu gen dan terlebih lagi, setiap gen memiliki dua salinan yang dikenal sebagai alel.

Gen menentukan berbagai aspek penampilan Anda, seperti warna rambut dan mata, serta faktor biologis seperti golongan darah Anda.

Gen-gen ini terbagi dalam dua kategori, dominan dan resesif.

Jika salah satu gen dominan, maka hasilnya adalah Anda mendapatkan sifat gen itu. Namun, untuk sifat-sifat yang berasal dari gen resesif, Anda perlu kedua gen menjadi resesif.

Sebagai contoh, gen untuk mata coklat adalah dominan. Dengan demikian, punya satu gen ini akan membuat mata Anda menjadi coklat.

Namun, gen untuk mata biru bersifat resesif sehingga Anda perlu dua gen untuk mendapatkan mata biru.

Baca juga: Bagaimana Pernikahan Ubah Kesehatan Fisik dan Mental, Menurut Sains

Dominan dan resesif menjadi penting karena cacat bawaan dan penyakit genetik tertentu, seperti cystic fibrosis, yang dibawa oleh alel resesif.

Makin Berisiko

Perkawinan sekerabat menambah kemungkinan Anda lahir dengan kondisi seperti itu.

Pasangan yang memiliki hubungan darah juga memiliki DNA yang sama sehingga kemungkinan mereka membawa gen resesif yang sama menjadi sangat meningkat.

Menurut sebuah studi pada 2011, tingkat kematian menjelang kelahiran dan kematian pada anak meningkat jika anak itu berasal dari perkawinan sepupu langsung.

Alasan Perkawinan Sekerabat

Karena perkawinan sekerabat berisiko tinggi, logika kenapa itu dilakukan terlihat sangat membingungkan.

Secara historis, perkawinan sekerabat dilakukan untuk mempertahankan sifat-sifat dalam garis darah. Selain itu, biasanya, hal ini juga digunakan untuk mempertahankan kekuasaan.

Dalam sistem pemerintahan yang turun-temurun, seperti firaun Mesir Kuno, misalnya, perkawinan sedarah mencegah masuknya keluarga lain lewat pernikahan yang berpotensi mewarisi takhta.

Sebuah studi pada 2015 meneliti 259 mumi Mesir dewasa dan menemukan bahwa mumi kerajaan memiliki ketinggian yang berbeda dari populasi umum. Bangsawan laki-laki pada waktu itu lebih tinggi daripada rata-rata dan bangsawan perempuan lebih pendek daripada rata-rata.

Baca juga: Bukti Baru, Pernikahan Bantu Cegah Penyakit Mematikan

Contoh yang lebih baru adalah House of Habsburg, yang kekaisarannya termasuk Spanyol, Austria, dan Hongaria. Garis keluarga kerjaan ini berakhir dengan Charles II dari Spanyol, yang lahir pada 1661.

Pohon keluarga pada titik ini telah menjadi sangat campur aduk karena pernikahan sekerabat. Ibu Charles II adalah keponakan ayahnya. Artinya, neneknya juga merupakan bibi Charles II.

Akibatnya, Charles menderita berbagai cacat dan cacat bawaan.

Dia tidak bisa berbicara sampai dia berumur empat tahun, tidak dapat berjalan sampai dia berusia delapan tahun, dan hampir tidak bisa mengunyah karena bentuk rahangnya.

Laporan otopsinya mengejutkan. Setelah kematiannya, Charles disebut tidak memiliki darah, jantungnya sebesar lada, paru-parunya berlubang, kepalanya penuh air, ususnya busuk dan berkelemayuh, dan dia hanya memiliki satu testis yang sehitam batu bara.

Tentunya tidak semua ini dapat disalahkan pada perkawinan sekerabat.

Kekurangan hormon hipofisis dan asidosis tubulus renalis distal dapat menjelaskan beberapa kondisi ini. Keduanya disebabkan oleh alel resesif.

Namun, sangat jarang seseorang memiliki kedua alel resesif ini.

Pada Peternakan Hewan

Perkawinan sedarah demi mempertahankan status agung tak hanya digunakan manusia, tapi juga dikerahkan dalam pembiakan hewan.

Tikus yang digunakan dalam percobaan laboratorium sering dikawinkan secara sedarah karena struktur genetik yang sama memungkinkan percobaan untuk diulang.

Baca juga: Peneliti Sebut Pernikahan Bahagia Bikin Anda Tetap Langsing

Mengontrol hasil menjadi motivasi untuk perkawinan sekerabat dalam industri pertanian. Misalnya sapi dikawinkan sedarah untuk meningkatkan hasil susu dan domba dipilih secara hati-hati untuk menghasilkan lebih banyak wol.

Ada bukti yang menunjukkan bahwa hewan tertentu yang dikawinkan sedarah dapat memiliki lebih banyak dampak negatif daripada yang positif.

Ilmuwan memperingatkan bahwa dua populasi koala terbesar di Australia dapat lenyap hanya dengan satu penyakit karena mereka begitu sering dikawinkan sedarah.

Sebuah penelitian, yang dipimpin oleh Dr. David Balding, meneliti perkawinan sedarah pada anjing ras murni.

Sebagaimana hewan yang dibesarkan untuk bertani, sifat-sifat tertentu didorong kemunculannya pada anjing-anjing ras murni, termasuk tinggi dan kualitas bulunya.

Studi ini menemukan bahwa sebagian besar anjing ras murni menderita masalah yang disebabkan oleh alel resesif, seperti penyakit jantung, tuli, dan perkembangan sendi pinggul yang abnormal.

Masalahnya bahkan lebih mengkhawatirkan daripada yang terlihat di permukaan. Sebanyak 20.000 anjing boxer ras murni hanya punya variasi generik sekitar 70 anjing.

Jadi Siklus Alami

Inses tidak sepenuhnya akibat perbuatan manusia, tapi juga merupakan bagian dari siklus hidup beberapa hewan.

Pola reproduksi Pyemotes boylei, sejenis tungau, misalnya. Mereka secara alami sering melakukan perkawinan sedarah.

Baca juga: Jangan Salah, Manusia Prasejarah Sudah Paham Bahaya Perkawinan Sedarah

Induk tungau menyimpan telurnya di dalam badannya sampai mencapai kedewasaan dan yang pertama yang menetas adalah jantan. Tugau jantan tersebut menunggu di luar bukaan genital induk mereka.

Segera setelah anakan betina menetas, para saudara jantan ini pun "menghamili" mereka.

Kumpulan gen terbatas dalam suatu spesies, tentu saja, memiliki dampak negatif. Ini dikenal sebagai inbreeding depression (depresi perkawinan sedarah) dan mengacu pada penurunan populasi karena kurangnya pasangan yang sehat.

Solusi masalah ini sebenarnya sederhana. Ular beracun di Swedia terisolasi karena peternakan, dan banyak yang lahir dalam keadaan mati.

Kalaupun hidup, banyak yang menderita cacat bawaan.

Begitu ditambahkan ular baru, populasi mereka berkembang. Ini disebut kawin silang, dan tampaknya menjadi solusi sementara ini meskipun ada pula kekurangannya.

Spesies yang terancam punah seperti burung black robin (Petroica traversi) misalnya, memiliki populasi yang sangat kecil sehingga tidak ada stok burung untuk mengisi kembali populasi.

Kawin sedarah memang mungkin sebaiknya diserahkan kepada tungau saja. Sebab, hal ini membuat keturunan Anda berisiko lebih besar terhadap berbagai macam cacat bawaan dan penyakit genetik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com