KOMPAS.com - Kondisi matematika di Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan. Selain memiliki kesan yang menyeramkan, matematika juga tidak banyak diminati pelajar.
Menurut data SMERU Research Institue, selama 14 tahun terhitung dari tahun 2000 hingga 2014, perkembangan pemahaman matematika pada pelajar Indonesia hanya meningkat 11 persen.
Jika dikalkulasikan lebih lanjut, kemungkinan matematika Indonesia dapat menyamai rata-rata internasional secara umum baru akan terjadi pada tahun 2065. Itu pun dengan catatan laju peningkatan matematika dunia sama dengan Indonesia.
Hal ini pulalah yang memicu terbentuknya Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka). Menanggapi hal ini, Universitas Indonesia menyatakan kesiapannya dalam mendukung.
Baca juga: Akademisi: Matematika Bukan Sekadar Hitung-hitungan
"Saya menyadur kalimat ini, 'If you want to go far, we work together'. Selaras dengan pemberantasan buta matematika, ini harus jadi gerakan bersama. Saya ikut tanda tangan nanti, kami akan mendukung," ujar Muhammad Anis, selaku Rektor Universitas Indonesia.
Dalam mendukung kegiatan ini, Anis menjanjikan akan menginstruksikan jajaran di Jurusan Matematika, Universitas Indonesia untuk terlibat langsung.
"Saya akan instruksikan seluruh mahasiswa matematika harus menjadi pendamping guru-guru matematika untuk bisa sama-sama melihat ini sebagai hal yang perlu dilakukan pembenahan dan kita serahkan kepada tim ini untuk segera membuat gerakan-gerakan yang lebih luas dan besar lagi," jelas Anis saat ditemui pada deklarasi kegiatan ini pada Sabtu (10/11/2018) di kampus Universitas Indonesia, Depok.
Rencananya, gerakan ini akan dilaksanakan dalam waktu setidaknya paling dekat bulan depan dengan menyasar wilayah provinsi DKI Jakarta terlebih dahulu.
Baca juga: Gara-gara Anime, Soal Matematika Berumur 25 Tahun Berhasil Dipecahkan
"Yang disasar adalah siapapun orang dewasa yang ada di sekitar anak pelajar. Karena ketika matematika anak kurang, dan massal, kesalahan bukan pada anak-anak dong. Jadi ada masalah yang lebih sistemik dan harus diselesaikan bersama-sama," jelas Dhitta Puti Sarasvati, akademisi dari Sampoerna University yang turut terlibat dalam gerakan ini.
Dhitta menargetkan gerakan ini akan disosialisasikan ke seluruh Indonesia. Akan tetapi, dia juga berharap agar pemahaman akan pentingnya matematika ini dapat tersebar lebih cepat melalui mulut ke mulut melalui orang dewasa yang sudah mengikuti kegiatan ini.
Baik Anis dan Dhitta sepakat bahwa matematika harus menjadi hal yang penting bagi seluruh pelajar untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Menurut mereka, matematika bukan hanya sekedar hitung-hitungan melalui rumus, tapi juga melibatkan nalar dan logika.
"Karena matematika ini kan melatih logika berpikir. Kalau menurut saya, matematika itu mother of knowledge. Orang lain belum tentu setuju dengan saya, tapi kalau saya, apapun bisa dilakukan dengan pendekatan matematika. Itulah mengapa matematika penting," tutup Anis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.