KOMPAS.com - Ketika ingin menurunkan berat badan, orang cenderung akan melakukan diet atau olahraga ketat. Kebanyakan orang berpikir bahwa menurunkan berat badan adalah perkara durasi berolahraga tanpa berpatokan pada waktu tertentu.
Namun, pendapat itu baru saja dibantah oleh sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology.
Menurut para peneliti, waktu internal tubuh atau sering disebut ritme sirkadian juga mempengaruhi pembakaran kalori.
Seperti yang kita tahu, meski ada waktu 24 jam, tubuh memiliki siklusnya sendiri untuk beristirahat pada malam hari dan terjaga pada siang hari.
Dari ritme tersebut, para peneliti menemukan bahwa tubuh membakar kalori 10 persen lebih banyak saat sore hari dibanding pada pagi, siang, atau malam hari.
"Fakta bahwa melakukan aktivitas yang sama pada satu waktu secara terus menerus (rutin) dalam sehari akan membakar lebih banyak kalori dibanding beraktivitas yang sama tapi pada waktu yang berbeda dalam satu hari mengejutkan kami," ungkap Kirsi-Marja Zitting, penulis utama penelitian ini dikutip dari Live Science, Kamis (08/11/2018).
Temuan baru ini mungkin menjelaskan mengapa pekerja dengan shift malam atau orang yang tidur tidak teratur memiliki risiko besar untuk obesitas. Itu karena kegiatan mereka tidak selaras dengan jam internal tubuh manusia.
"Ada kemungkinan bahwa makan ketika kebutuhan pengeluaran energi Anda rendah cenderung membuat berat badan bertambah," kata Jeanne Duffy, penulis senior studi ini.
Penelitian ini dilakukan karena para ilmuwan ingin menguji bagaimana ritme sirkadian mempengaruhi metabolisme tubuh, terlepas bagaimana tingkat aktivitas dan kebiasaan tidur serta makan mereka.
Baca juga: Ritme Sirkadian yang Terganggu Berisiko Gangguan Mental
Temuan ini didapatkan setelah para peneliti merekrut tujuh responden. Para responden menghabiskan waktu lebih dari 37 hari di laboratorium tanpa mengetahui jam dan hari.
Peserta juga tidak diperkenankan untuk mengakses telepon dan internet. Selian itu, mereka juga diminta mematuhi jadwal khusus untuk tidur, bangun, dan makan.
Uniknya, mereka juga diminta tidur 4 jam lebih lambat dari malam sebelumnya selama tiga minggu. Perubahan waktu tidur tersebut adalah yang dialami oleh orang yang berpergian keliling dunia selama seminggu.
"Karena mereka melakukan hal yang sama dengan mengelilingi dunia setiap minggu, jam internal tubuh mereka tidak bisa mengikuti," kata Duffy yang merupakan profesor kedokteran di Harvard Medical School.
Cara tersebut membuat jam internal tubuh mereka terombang-ambing pada kecepatan sendiri. Artinya, mereka tidak lagi bergantung pada waktu eksternal (matahari atau jam tertentu).
"Ini memungkinkan kami mengukur tingkat metabolisme pada semua waktu 'biologis' yang berbeda," tegas Duffy.
Duffy mengatakan, temuan ini menambah ide bagwa masalah kesehatan mungkin terkait erat dengan gangguan ritme sirkadian tubuh.
"Jam biologis kita diatur untuk siap melakukan aktivitas pada waktu-waktu tertentu dan menjadi fungsional secara optimal. Ketika kita begadang semalaman untuk bekerja, kita melawan jam biologis itu," ujar Duffy dikutip dari Time, Kamis (08/11/2018).
"Ini tidak diatur secara optimal untuk menghadapi kenyataan bahwa Anda makan pukul 3 pagi, padahal biasanya kita tidak makan sama sekali pada malam hari," imbuhnya.
Baca juga: Kerja Malam Kacaukan Ritme Tubuh
Meski begitu, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk mengetahui secara pasti bagaimana temuan ini mempengaruhi individu. Setidaknya, penelitian ini menambah pemahaman para ilmuwan tentang pentingnya ritme sirkadian dan dampaknya pada kesehatan total.
"Ini adalah fungsi lain yang berhubungan dengan metabolisme yang juga berkaitan dengan waktu," ucap Duffy.
"Kita memiliki jam ini dalam tubuh kita yang perlu diselarasakan den dijaga dengan lingkungan eksternal," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.