Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WWF: Keanekaragaman Hayati Hilang Besar-besaran karena Ulah Manusia

Kompas.com - 03/11/2018, 21:32 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Dalam beberapa puluh tahun terakhir terjadi penurunan besar-besaran populasi berbagai mahluk di alam ini akibat 'ledakan konsumsi manusia', kata kelompok konservasi WWF.

Lewat sebuah laporannya, LSM tersebut menyatakan, dunia kehilangan spesies bertulang belakang - mamalia, ikan, amfibi dan reptil - secara rata-rata sebesar 60 persen dari tahun 1970 sampai 2014.

"Bumi kehilangan keanekaragaman pada tingkat yang hanya pernah terlihat saat terjadinya kepunahan massal," demikian tertulis dalam laporan WWF, Living Planet Report.

Mereka mendesak para pembuat kebijakan untuk merumuskan lagi sasaran bagi pembangunan berkelanjutan.

Living Planet Report, yang diterbitkan setiap dua tahun, bertujuan untuk mengkaji keadaan alam di dunia.

Edisi tahun 2018 menyatakan hanya seperempat daratan bumi yang bebas dari pengaruh kegiatan manusia, sementara proporsinya akan menurun sampai sepersepuluhnya di tahun 2050.

Perubahan ini disebabkan terus meningkatnya produksi pangan dan peningkatan permintaan akan energi, tanah dan air.

Meskipun berkurangnya hutan diperlambat dengan penanaman kembali di beberapa tempat dalam puluhan tahun terakhir, "kehilangannya lebih cepat di hutan tropis yang berisi tingkat keanekaragaman paling tinggi di Bumi", demikian dicatat laporan tersebut.

Amerika Selatan dan Tengah paling menderita penurunan paling dramatis populasi vertebrata - kehilangan sebesar 89 persen populasi mahluk bertulang belakang dibandingkan tahun 1970.

Baca juga: Ratusan Bangkai Rusa di Norwegia Picu Keanekaragaman Hayati, Kok Bisa?

Spesies air tawar yang terutama paling berisiko, tulis laporan itu. Polusi plastik terlihat di bagian paling dalam laut dunia, termasuk di Mariana Trench, Samudra Pasifik.

Spesies air tawar - yang hidup di danau, sungai dan lahan basah - mengalami penurunan sebesar 83 persen sejak tahun 1970, laporan ini melanjutkan.

WWF mendesak adanya "kesepakatan baru dunia bagi alam dan manusia," sebagaimana kesepakatan Paris tahun 2015 untuk mengatasi perubahan iklim dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca.

"Para pengambil keputusan di setiap lini perlu membuat pilihan politik, keuangan dan konsumen yang tepat untuk mencapai visi dimana kemanusiaan dan alam dapat hidup dalam keharmonisan di planet satu-satunya kita ini," tulis laporan ini.

Data yang dikumpulkan dari sejumlah kajian yang sudah diperiksa para ahli lain tersebut, mencakup lebih dari 16.700 populasi dari 4.000 spesies di seluruh dunia.

Metodologi WWF sempat dikecam sebelumnya. Seorang ahli konservasi mengatakan kepada BBC pada tahun 2016 bahwa data pada laporan 2016 lebih berat ke Eropa bagian barat karena data-datanya lebih banyak tersedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau