KOMPAS.com - Banyak hal bisa digunakan sebagai pembangkit listrik, tak terkecuali limbah. Hal ini dibuktikan oleh Avriza Devano Bestafa (14) dan Rasendriya Aradhana Aji (13) dari SMP 5 Yogyakarta yang membuat sebuah pembangkit listrik dari daun asam.
Pembangkit listrik yang diberi nama Talepop dari Tamarind Leaves Waste Power Plant ini sudah pernah memenangkan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia untuk wilayah kota Yogyakarta.
Ditemui Kamis (01/11/2018) di Indonesia Science Expo di Tangerang, Rasendriya yang akrab disapa Driya mengatakan, ini baterai alami dari daun asam Jawa. Daun asam Jawa kita blender dengan garam dan air sehingga membentuk cairan. kemudian, kami tuangkan ke prototipe kami yang kami rangkai dengan seri dan paralel sehingga bisa menyalakan lampu.
Inovasi yang mereka temukan ini terinspirasi dari hal yang sangat sepele, yaitu limbah daun pohon asam yang ada di sekitar sekolah mereka.
Baca juga: Bocah SD Ciptakan Alat Pengering Sikat Gigi, Ini Alasannya
"Kepikirannya itu kan di sekitar sekolah banyak sampah daun asam. Jadi, kita pengen tahu apakah namanya saja yang asam atau benarkah mengandung asam. Karena kalau saya baca di buku, kalau mengandung asam itu memiliki konduktivitas yang tinggi. Ternyata benar," ujar Avriza yang biasa disapa Avriz.
Menjalankan Talepop ternyata cukup sederhana. Anda cukup memblender daun asam dan garam dengan perbandingan 2:1. Semisal daun asamnya 240 gram, maka garamnya 120 gram. Kemudian masukkan air 10 kali dari jumlah garam. Setelah diblender, campuran itu kemudian diletakkan di prototipe untuk menciptakan listrik.
"Jadi cara kerjanya, setiap listrik ada elektroda yang berfungsi jadi kutub positif dan negatif. Kami menggunakan tembaga yang ada elektron yang bergerak melalui daun asam dan garam. Aliran ini yang membuat arus listrik," jelas Driya.
Akan tetapi, sampai saat ini mereka baru bisa menciptakan listrik sebesar 12 volt. Artinya, Talepop baru mampu menyalakan lampu untuk beberapa waktu saja.
Namun asa mereka begitu tinggi. Mereka berharap ke depannya dapat meningkatkan fleksibilitas dari alat ini dan meningkatkan dayanya agar dapat menjadi pengganti genset.
"Alat ini menurut kami masih kurang praktis dan belum stabil listriknya. Dan ini masih prototipe, belum desain yang sudah jadi. Bentuknya juga belum padat, jadi kalau dibawa bisa tumpah," jawab Avriz.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.