Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Kotak Hitam, Buka Misteri Lion Air JT610

Kompas.com - 01/11/2018, 21:42 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Kecelakaan pesawat Lion Air JT 610, Senin (29/10/2018) kemarin masih menyisakan banyak tanda tanya. Untuk memecahkan segala misteri, selama ini para ahli mengandalkan black box atau kota hitam.

Hari ini, Kamis (01/11/2018), kotak hitam dari pesawat nahas itu berhasil ditemukan oleh tim Basarnas yang diperkuat penyelam dari TNI AL.

Dalam kotak hitam tersebut, berbagai hal yang berkaitan dengan detik-detik jatuhnya pesawat rute Jakarta - Pangkal Pinang itu telah terekam. Termasuk di antaranya percakapan terakhir dari pilot dak ko-pilot pesawat.

Kotak hitam sendiri merupakan gabungan perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan. Piranti ini dipasang di setiap pesawat komersial.

Hingga kini, kotak hitam masih menjadi item penting dalam membantu mengumpulkan penyebab kecelakaan pesawat.

Tapi tahukah Anda, kotak hitam adalah penemuan penting yang berasal dari abad ini? Ya, kota hitam pertama kali ditemukan sekitar tahun 1953 oleh ilmuwan Australia David Warren.

Ide awal tentang kotak hitam didapatkannya ketika bekerja di Laboratorium Aeronautika pada pertengahan 1950. Saat itu, dia terlibat dalam penyelidikan kecelakaan misterius sebuah pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, de Havilland Comet.

Saat itu, pesawat komersial tidak dilengkapi dengan alat apapun. Ini membuat pihak berwenang sulit menemukan penyebab kecelakaan pesawat dan seluk beluk tragedi.

Pada masa yang sama, perekam kaset sedang populer. Saat melihat jenis perekam ini Warren mulai mendapat ide mengenai rekaman penerbangan.

Pada 1957, purwarupa pertama alat ini diproduksi. Versi awal hanya bisa merekam empat jam suara dan data instrumen pada foil baja.

Baca juga: 6 Fakta Tak Terduga dari Pesawat Terbang

Meski begitu, Warren optimis bahwa alatnya akan membantu memecahkan misteri di balik kecelakaan penerbangan.

Tapi kendala justru dihadapi oleh Warren. Alatnya ditolak oleh komunitas penerbangan Australia.

Alasannya adalah masalah privasi.

Tak diterima di negaranya, alat buatan Warren justru dilirik pejabat Inggris. Mereka kemudian mulai melakukan produksi kotak hitam dalam wadah yang tahan benturan dan api.

Selanjutnya, alat ini dijual ke seluruh maskapai penerbangan di seluruh dunia.

Walaupun awalnya menolak, Australia menjadi negara pertama yang membutuhkan penggunaan perangkat ini. Itu karena kasus kecelakaan pesawat di Queensland pada 1960-an.

Perekam awal tersebut mencatat kondisi penerbangan dasar seperti pos, ketinggian, kecepatan udata, dan lain sebagainya. Dengan menganalisis parameter-parameter ini, penyelidik bisa melakukan reka ulang sebagian besar aktivitas yang dikendalikan pilot saat menjelang kecelakaan pesawat.

Meski namanya kota hitam, tapi sebenarnya warna piranti ini adalah oranye. Warna mencolok ini dipilih untuk memudahkan pencarian saat terjadinya kecelakaan pesawat.

Tak hanya itu, sebuah kotak hitam juga harus melalui serangkaian tes sebelum dipasang di badan pesawat. Benda ini melalui uji ketahanan api, tembakan, hingga tekanan ketika terendam 6 kilometer di bawah laut.

Dalam perkembangannya, kotak hitam yang semula didesain untuk merekam informasi ke foil baja telah berubah menggunakan memori solid-state. Dengan pembaruan ini, data dari kotak hitam dapat diunduh hampir seketika.

Baca juga: 3 Hal Ini Bisa Selamatkan Nyawa Saat Terjadi Kecelakaan Pesawat

Namun, perkembangan dari kotak hitam yang paling mengesankan adalah sinyal lokasi yang dipancarkan hingga 30 hari setelah kecelakaan pesawat.

Kini, kotak hitam tidak hanya untuk mencari penyebab kecelakaan transportasi udara. Ia bahkan digunakan untuk inspeksi pemeliharaan rutin guna memantau kinerja pesawat.

Di masa depan, kotak hitam mungkin saja bisa melakukan transmisi data secara real time. Dengan begitu, kebutuhan secara fisik mencari kotak hitam saat kecelakaan terjadi bisa dihilangkan.

Artinya, ada banyak biaya yang dihemat ketika pencarian kotak hitam tidak lagi diperlukan karena datanya telah diperoleh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com