Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Berita Kecelakaan Pesawat dengan Banyak Korban Lebih Menarik

Kompas.com - 01/11/2018, 19:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10/2018) kemarin langsung menyedot perhatian publik. Bahkan berbagai media memberitakan tragedi dengan jumlah korban 188 orang itu.

Meski banyak pemberitaan, seperti yang kita ketahui, biasanya orang dengan cepat melupakan peristiwa itu. Menurut laporan Science Mag tahun 2016, pembaca akan kehilangan minat sekitar satu minggu setelah pemberitaan.

Perhatian Relatif Singkat

Dengan pengetahuan semudah menyentuh layar, segala pemberitaan seperti memori tak terbatas bagi manusia. Namun menghadapi hal ini, perhatian manusia menjadi relatif singkat.

Ilmuwan sosial mengacu pada hilangnya minat pada sebuah topik sebagai peluruhan perhatian.

"Internet menawarkan pengetahuan tanpa batas, tetapi tidak memecahkan masalah rentang perhatian terbatas kita," ungkap Taha Yasseri, penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Mag, Selasa (11/10/2016).

Yasseri awalnya tertarik untuk melihat perilaku online seputar kecelakaan pesawat setelah targedi kecelakaan Germanwings Flight 9525.

Dengan rasa penasarannya, ilmuwan sosial dari Universitas Oxford ini memeriksa tampilan laman dan penghitungan yang berjalan dari semua orang yang telah mengunjungi situs.

Hasilnya, pengunjung situs memuncak pada beberapa hari setelah kecelakaan dan dengan cepat turun sekitar satu minggu.

Dia mulai kemudian melihat tabrakan lain baik besar maupun kecil dan memperhatikan pola tampilan halaman yang serupa untuk semuanya.

Yasseri dan koleganya memutuskan untuk menganalisis secara formal data dan membangun algoritma yang mem-parsing data di semua laman pada kecelakaan pesawat di dua versi bahasa paling populer Wikipedia, Inggris dan Spanyol.

Baca juga: Seberapa Besar Peluang Kita Selamat dari Kecelakaan Pesawat?

Kemudian mereka mengeluarkan laporan tentang kapan setiap halaman dibuat, ketika diedit, berapa kali halaman itu telah dibaca, dan kapan pageview paling tinggi dan rendah itu terjadi.

Makin Banyak Korban Makin Dibaca

Para peneliti juga menemukan, ketika kecelakaan melibatkan kurang dari 50 korban, pembaca berita tragedi cenderung lebih sedikit. Para peneliti menyebut ini "peristiwa berdampak rendah".

Artinya, kecelakaan dengan korban sedikit secara statistik tidak signifikan untuk pola pembaca.

Sedangkan kecelakaan dengan lebih dari 50 korban diidentifikasi sebagai peristiwa berdampak tinggi. Untuk kecelakaan semacam ini, jumlah pembaca melonjak bergantung berapa banyak korban.

Ketika mengolah semua data, tim menyusun sebuah tabel yang menggambarkan seberapa banyak perhatian pembaca dari setiap versi bahasa Wikipedia dari berbagai kecelakaan pesawat yang terjadi.

Hasilnya, sebuah bias regional yang kuat muncul.

Pembaca Wikipedia bahasa Inggris jauh lebih mungkin untuk membaca tentang kecelakaan Amerika Utara dan Eropa. Sedangkan pembaca Wikipedia bahasa Spanyol, lebih cenderung membaca tentang kecelakaan Amerika Latin.

Tampilan halaman di Wikipedia bahasa Inggris dan Spanyol untuk kecelakaan pesawat Amerika Utara dan Amerika Latin, masing-masing sekitar 50 kali lebih besar daripada untuk tabrakan Afrika.

Tapi seperti yang dilaporkan para peneliti di jurnal Royal Society Open Science, di mana pun kecelakaan itu terjadi dan berapa banyak jumlah korban, pageview-nya tetap turun menjadi setengahnya antara 3 hingga 10 hari setelah peristiwa itu.

Ini terjadi karena dua alasan, Yasseri menjelaskan.

Pertama, ada "pembusukan berita". Ketika ada informasi baru menarik, dan kita tentu saja kehilangan minat setelah berhenti menjadi baru.

Baca juga: 3 Hal Ini Bisa Selamatkan Nyawa Saat Terjadi Kecelakaan Pesawat

Kedua, manusia sulit untuk bisa memperhatikan begitu banyak topik dalam satu waktu. Ketika banyak peristiwa terjadi, berita baru mengalahkan berita lama untuk perhatian kita.

Yasseri juga mengatakan, dia terkejut bahwa skala bencana tampaknya tidak mempengaruhi berapa lama waktu bagi orang untuk memindahkan perhatian ke berita baru.

Fakta bahwa hal itu terlihat dalam kedua versi bahasa mengisyaratkan aturan universal untuk konsumsi informasi online - bencana besar tidak menangkap perhatian kita lebih lama daripada yang lebih kecil.

Mungkin itu bukan hal yang buruk, menurut Giovanni Luca Ciampaglia, peneliti di Institut Sains Jaringan Universitas Indiana di Bloomington yang mempelajari fenomena sosial kolektif di internet.

"Saya menahan diri dari membuat penilaian nilai atas apakah rentang perhatian pendek ini baik atau buruk," katanya.

"Tapi mungkin itu menandakan bahwa kita hanya bisa bergerak dan memperhatikan hal-hal lain ketika mereka muncul. Dalam arti tertentu, itu perlu," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau