Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiamat Pasti Terjadi, Tapi Ilmuwan Sebut Masih 6,5 Miliar Tahun Lagi

Kompas.com - 13/10/2018, 19:00 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Editor

KOMPAS.com - Suatu hari nanti, manusia mungkin akan bisa menanggulangi dampak pertambahan penduduk, seperti kelaparan, perang dan wabah penyakit; tapi satu hal yang pasti, bumi akhirnya akan musnah terbakar dengan segala isinya.

Hari Kiamat? Mungkin. Tapi masih lama, kira-kira 6,5 miliar tahun lagi; lama setelah manusia yang hidup sekarang sudah tiada.

Sebuah laporan tentang masa depan matahari kita menunjukkan, walaupun bumi mungkin tidak akan hancur sama sekali setelah matahari meledak, sisa yang tinggal hanya akan berupa sebuah batu karang besar yang kering dan beku tanpa kehidupan apapun.

Para ahli mengatakan, dengan memperhitungkan komposisi saat ini serta tingkat evolusinya, diperkirakan matahari akan mati atau habis terbakar dalam serentetan ledakan gas helium yang akan menghancurkan kira-kira 40 persen bobotnya.

Dalam perhitungan itu, bumi masih punya waktu kira-kira 6,5 miliar tahun lagi. Sebelum nantinya, kehidupan di planet ini tidak bisa lagi dipertahankan.

Sebab pada waktu itu, matahari akan mulai membengkak sampai akhirnya menjadi benda angkasa yang besarnya 200 kali dari sekarang. Nantinya, matahari akan memancarkan panas yang sangat tinggi.

Suhu yang tinggi itu akan menguapkan semua air di laut, sungai, dan danau. Akibatnya, suhu tinggi tersebut membunuh segala bentuk kehidupan di bumi.

Sistem tata surya kita yang sekarang, menurut para ahli, dengan satu matahari dan sembilan planet yang beredar di sekelilingnya, termasuk bumi, tercipta kira-kira 4,5 miliar tahun yang lalu.

Hasil penelitian terhadap sistem tatasurya lain menunjukkan biasanya matahari atau bintang memiliki usia 12 miliar tahun. Itu artinya, matahari yang kita lihat tiap hari sudah hampir mencapai separuh masa hidupnya.

Baca juga: Begini Prediksi Para Ahli Bila Kiamat Terjadi

Para pakar menggolongkan matahari ke dalam bintang kelas G, diukur dari tingkat cahaya serta warna radiasinya yang tampak dari bumi.

Suhu di permukaannya sekarang diperkirakan sekitar 5.700 derajat Celsius.

Saat ini matahari masih berada dalam fase utama yang stabil, di mana ia terus membakar persediaan gas hidrogen yang terkandung di dalamnya.

Sebagai bintang dari kelas G, matahari diperkirakan akan terus berada dalam fase itu selama 6,5 miliar tahun lagi.

Sebuah laporan yang dimuat dalam Astrophysical Journal mengatakan, setelah matahari mencapai umur 11 miliar tahun, benda angkasa itu akan memasuki fase perkembangan berikutnya.

Dalam fase selanjutnya itu, matahari digambarkan sebagai bintang raksasa yang berwarna merah.

Bintang raksasa itu terbentuk karena gas helium yang terdapat di bagian intinya meledak. Itu membuat matahari menggelembung 200 kali lebih besar dari ukurannya yang sekarang dan cahayanya-pun 2.000 kali lebih terang.

Kemudian, untuk masa 150 juta tahun berikutnya, suhu matahari akan turun lagi. Ini dikarenakan helium yang terdapat di bagian intinya sudah habis.

Baca juga: Cegah Kiamat, NASA Bikin Rencana Mirip Film Armageddon

Namun, gas helium yang terdapat di lapisan-lapisan lebih luar akan meledak secara beruntun serta melemparkan bagian-bagian yang hancur itu ke angkasa. Sehingga, bobot atau massa matahari akan terus berkurang.

Satu juta tahun kemudian, matahari terus menyusut ukurannya sampai cahayanya redup dan akhirnya hilang sama sekali.

Pada masa tersebut, manusia mungkin sudah pindah ke planet lain. Bahkan mungkin, manusia bisa menyaksikan sistem tatasurya yang mati itu sebagai sebuah bintang gelap atau bintang hitam yang dikelilingi planet-planet yang hangus terbakar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau