Pengunaan mustar nitrogen untuk kanker limfoma mendadak populer di Amerika Serikat pada 1946. Kepopuleran ini mengikuti publikasi artikel ilmiah di negara tersebut.
Sayangnya, perawatan ini dihentikan tak berselang lama karena terjadi efek samping yang mengancam jiwa pasien.
Kegagalan ini membuat para ilmuwan terus bekerja mencari alternatif baru. Pada 1948, Sidney Farber dari Harvard Medical School menemukan alternatif baru yaitu aminopterin.
Aminopterin sendiri merupakan senyawa yang terkait dengan vitamin asam folat. Senyawa ini menghasilkan remisi pada anak-anak leukimia akut.
Aminopterin memblokir reaksi kimia kritis yang diperlukan untuk replikasi DNA. Obat itu menjadi pendahulu methotrexate, obat pengobatan kanker yang biasa digunakan sekarang.
Baca juga: Pengidap Kanker Payudara dan Paru-paru Tak Perlu Kemoterapi, Asal...
Sejak saat itu, peneliti lain menemukan obat yang menghalangi fungsi berbeda dalam pertumbuhan sel dan replikasi. Era kemoterapi pun dimulai.
Sekitar tahun 1950-an, Eli Lily menemukan bahwa alkaloid dari ekstrak tanaman Vinca rosea bermanfaat bagi pasien kanker.
Hal itu membuat alkaloid vinca mulai dikenal sebagai agen anti kanker di media 1960-an. Alkaloid yang dimaksud salah satunya adalah vinblastin untuk mengobati leukimia pediatrik.
Pertama kali kemoterapi dilaporkan bisa menyembuhkan banyak pasien terjadi pada tahun 1960-an. Sejak itu, selama bertahun-tahun, obat kemoterapi telah berhasil mengobati banyak orang dengan kanker.
Setelahnya, obat kanker testis terlihat selama dekade berikut. Banyak kanker lainnya dapat dikendalikan dengan kemoterapi untuk jangka waktu yang lama, bahkan jika mereka tidak sembuh.
Selama dua dekade berikutnya, rejimen (perawatan) kemoterapi kombinasi mulai mendapatkan popularitas. Penggunaan bersamaan obat-obatan dengan mekanisme tindakan yang berbeda menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam kelangsungan hidup pasien dan penurunan tingkat kematian, yang telah menurun setiap tahun dari tahun 1990 hingga sekarang.
Penurunan tingkat kematian ini disebabkan oleh deteksi dini dan pengobatan dengan agen kemoterapi.
Meski begitu, para ilmuwan tidak lantas berbangga. Mereka terus menciptakan inovasi, terutama terkait meningkatkan aktivitas dan mengurangi efek samping kemoterapi.
Kanker sendiri hingga saat ini masih menjadi musuh manusia yang penuh teka-teki. Apalagi " tidak ada obat" untuk kanker karena penyakit ini sangat berbeda dengan penyakit pada umumnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.