Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimanakah Cara Orang Buta Bermimpi? Penelitian Mengungkapnya

Kompas.com - 08/10/2018, 21:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com – Semua orang yang tidur bermimpi, meskipun tidak semua orang bisa mengingat mimpinya. Kalimat ini ternyata juga berlaku bagi orang-orang yang buta sejak lahir, walaupun cara mereka bermimpi tentu berbeda dengan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat.

Pada tahun 2014, sebuah penelitian menarik dipublikasikan oleh para ilmuwan Denmark dalam jurnal Sleep Medicine.

Dalam penelitian tersebut, mereka merekrut 50 orang dewasa untuk menjadi partisipan: 11 di antaranya telah buta sejak lahir, 14 telah buta di atas usia satu tahun, sedangkan 25 sisanya yang tidak buta menjadi partisipan kontrol.

Para peneliti meminta mereka untuk mengisi sebuah kuesioner komputer yang mengeksplorasi berbagai aspek dari bermimpi, termasuk pengalaman indera, emosi yang dialami ketika bermimpi, dan temanya setiap kali mereka bangun setelah bermimpi.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Hubungan Antara Mimpi dan Realita

Hasilnya, seperti dilansir dari National Geographic 26 Februari 2016, semua partisipan kontrol melaporkan adanya impresi visual dalam mimpi.

Akan tetapi, partisipan yang telah buta sejak lahir tidak mengalami impresi visual dalam mimpi. Sementara itu, bagi kelompok yang mengalami kebutaan di atas usia satu tahun, ditemukan bahwa semakin lama mereka tidak bisa melihat, semakin sedikit yang mereka lihat dalam mimpi.

Namun, bukan berarti mimpi orang yang buta lebih membosankan daripada orang normal.

Dalam mimpi, mereka lebih sering mengecap (18 persen pada partisipan yang buta dibanding 7 persen pada partisipan kontrol) dan lebih sering mencium (30 persen dibanding 15 persen). Selain itu, partisipan yang buta merasakan sensasi sentuhan (70 persen dibanding 45 persen) dan mendengar dalam mimpi (86 persen dibanding 64 persen).

Ketika para peneliti hanya membandingkan mereka yang buta sejak lahir dengan partisipan kontrol, perbedaan ini menjadi semakin kentara. 26 persen dari partisipan yang buta sejak lahir mengecap, 40 persen mencium, 67 persen menyentuh, dan 93 persen mendengar setidaknya dalam satu mimpi.

Baca juga: Mimpi Gigi Copot? Ini Maknanya

Untuk efek emosional dan tema dari mimpi, para peneliti menemukan tidak perbedaan antara partisipan yang buta dan yang kontrol.

Akan tetapi, partisipan yang buta lebih sering mimpi buruk dibandingkan partisipan kontrol. 25 persen dari partisipan yang buta sejak lahir, 7 persen dari partisipan yang buta setelah usia satu tahun, dan enam persen dari partisipan kontrol melaporkan mimpi buruk.

Menurut para peneliti, perbedaan ini mungkin ada hubungannya dengan teori evolusioner mengapa kita bermimpi, yaitu bahwa mimpi merupakan simulasi ancaman agar manusia bisa beradaptasi terhadap kehidupan.

Itulah mungkin yang menjadi alasan mengapa mimpi-mimpi buruk partisipan yang buta sejak lahir biasanya bertema tersesat, tertabrak mobil, jatuh ke lubang di jalanan, dan kehilangan anjing penuntun mereka. Semua tema-tema ini merupakan ancaman nyata dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau