Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Ilmiah Mimpi Tidak Boleh Diceritakan kepada Orang Lain

Kompas.com - 15/05/2017, 18:26 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com  -- Walaupun kebanyakan orang bermimpi ketika tidur, hanya sedikit yang dapat mengingat isi mimpi mereka. Oleh karena itu, mimpi yang berhasil Anda ingat dan membekas dalam benak menjadi sesuatu yang sangat spesial dan patut diceritakan kepada orang lain.

Namun, seorang profesor di Institute of Cognitive Science, Carleton University, menyarankan untuk tidak melakukannya.

Melalui artikelnya di Scientific American 9 Mei 2017, Jim Davis memaparkan dua teori mengenai alasan Anda bermimpi dan mengapa mimpi terasa begitu menarik untuk diceritakan.

(Baca juga: Penjelasan Ilmiah di Balik Mimpi)

Pertama adalah teori aktivasi-sintesis yang berkata bahwa mimpi merupakan interpretasi dari aktivitas acak syaraf tulang belakang dan otak kecil oleh otak depan kita. Terkadang informasi tersebut bisa kacau dan menyebabkan mimpi Anda menjadi sangat aneh.

Selain itu, teori tersebut juga mendukung adanya interpretasi emosi melalui mimpi. Contohnya adalah ketika Anda mendapat mimpi buruk ketika sedang merasa khawatir di dunia nyata. Bukannya merasa khawatir karena mimpi buruk tersebut, kekhawatiran justru membuat Anda bermimpi buruk

Teori kedua adalah mimpi sebagai persiapan untuk menghadapi situasi yang mengancam. Davis berkata bahwa ada beberapa bukti yang menguatkan teori ini, misalnya emosi mimpi yang biasanya negatif dan topik mimpi yang berkutat pada ancaman nenek moyang seperti jatuh, dikejar, bencana alam, dan lain-lain.

“Elemen-elemen menakutkan ini lebih banyak terlihat dalam mimpi daripada kehidupan sehari-hari. Banyak orang bermimpi dikejar hewan, tetapi seberapa seringkah hal ini terjadi di dunia nyata?,” ujar Davis.

Jadi, mengapa Anda begitu suka bercerita mengenai mimpi?

Davis berkata, salah satu alasannya adalah kepercayaan bahwa dua kepala lebih baik daripada satu ketika menghadapi suatu masalah, termasuk yang Anda lihat di dalam mimpi. Melalui diskusi, Anda secara tidak langsung berusaha untuk mempersiapkan diri bila menghadapi situasi serupa di dunia nyata.

Bias negativitas juga berpengaruh dalam hal ini. Manusia memang secara alamiah akan lebih perhatian terhadap hal-hal yang negatif dan berbahaya. Oleh karena itu, mimpi yang biasanya berisi informasi negatif terasa lebih penting dari yang seharusnya.

(Baca juga: Kisah-kisah Menyeramkan tentang Ketindihan dari Seluruh Dunia Terkuak)

Alasan lainnya adalah tingkat emosi dalam mimpi. “Karena mimpi begitu emosional, mereka terasa begitu penting bagi orang yang mengalami. Namun, orang yang sekadar mendengarnya dan tidak merasakan emosinya akan kesulitan untuk mengerti,” ucap Davis.

Sebagai contoh adalah mimpi jatuh dari tangga. Bagi Anda yang melihatnya sendiri dalam mimpi, pengalaman tersebut sangat menakutkan. Namun, orang lain yang tidak merasakannya bisa menganggap ketakutan Anda terhadap mimpi tersebut konyol.

Oleh sebab itu, mimpi sebaiknya tidak dibicarakan kepada orang lain. Walaupun mimpi tesebut terasa penting dan menarik bagi Anda, mereka akan terasa membosankan bagi orang lain yang mendengarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com