Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pionir Operasi Plastik: Bagaimana Perang Dunia I Picu Prosedur Ini?

Kompas.com - 04/10/2018, 20:06 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber Telegraph,BBC

KOMPAS.com - Berbicara tentang perkembangan operasi plastik tidak bisa dilepaskan dari masa Perang Dunia I. Ini karena keadaan perang membuat prosedur ini makin dibutuhkan.

Salah satu ahli bedah perintis operasi plastik pada masa Perang Dunia I adalah Dr Harold Gillies. Dia mengembangkan beberapa teknik cangkok kulit pertama di dunia yang berhasil selama perang besar.

Mulanya, teknik Gillies dilakukan untuk mengobati tentara yang terluka parah dan cacat. Tujuannya adalah memungkinkan mereka bisa menjalani hidup sebagai warga sipil biasa.

Terhitung lebih dari 3.000 tentara mendapatkan wajahnya kembali berkat bantuan Gillies dan timnya.

Dalam laporanBBC, Rabu (21/12/2018), dr Andrew Bamji, dokter medis sekaligus mantan kurator dari Arsip Gillies menjelaskan bahwa ahli bedah tersebut membuat terobosan yang membuka jalan bagi operasi plastik modern.

Salah satu terobosan yang dilakukan Gillies adalah dengan membentuk tim multi-disiplin. Tim ini terdiri dari ahli bedah, perawat, dan seniman di Queen's Hospital, London tenggara.

Para seniman bertugas untuk mengambil gips wajah para tentara dan mencatat luka mereka dalam potret.

Selanjutnya, tim akan memperbaiki cedera dengan menggunakan cangkok jaringan kulit dan transplantasi tulang rusuk.

Baca juga: Kok Bisa Operasi Plastik yang Dulu Tabu Kini Booming?

Dilansir dari The Telegraph, Jumat (13/07/2018), selama tahun 1917 hingga 1925, tercatat 11.000 indeks operasi (tindakam medis yang dilakukan) oleh tim Gillies ini. Dalam indeks tersbeut juga terdapat rincian nama, resimen, dan pangkat pasien.

Dari catatan medis itu, kita bisa melihat satu seri gambar prajurit muda yang menderita cacat wajah akibat terluka dan hasil operasinya.

Tahun 1917, Dr Gillies melakukan operasi plastik modern pertama untuk membangun kembali wajah pelaut Walter Yeo. Gillies melakukan cangkok kulit pada luka wajah yang parah di sekitar mata Yeo.

Tahun-tahun selanjutnya, salah satu pasien adalah prajurit Richard Walker. Walker yang bertugas di Resimen Royal Lancaster berusia 20 tahun kala itu.

Dia mengalami luka tembak di bibir bawah. Itu membuatnya harus dirawat di Queen's Hospital pada Oktober 1918.

Pasien Gilliens yang lain adalah Letnan William M Spreckley dari Sherwood Foresters Service. Dia mengalami luka tembak yang besar di wajahnya.

Perlu waktu tiga setengah tahun untuk memperbaiki wajah Spreckley.

"Dunia medis sangat berutang kepada dr Gillies, seperti halnya orang yang dirawat olehnya pada awal abad ke-10 dan siapa saja yang pernah menerima perawatan operasi plastik sejak saat itu," kata Debra Chatfield, sejarawan.

"Tanpa perkembangan pionir di bidang ini, operasi plastik mungkin tidak semaju sekarang," sambungnya.

Menurut Chatfield, catatan ini menjadi sumber informasi penting bagi sejarawan, dunia medis, dan orang yang tertarik belajar realitas paca Perang Dunia I.

Baca juga: Bagaimana Dokter Bisa Membedakan Lebam Operasi Plastik dan Trauma?

"Dr Harold Gillies adalah tokoh pendiri dalam sejarah operasi plastik, mengembangkan prosedur inovatif untuk membantu merekonstruksi wajah tentara dan pilot yang terluka parah di wajah akibat tembusan peluru dan pecahan peluru serta melakukan pencangkokan tulang, otot, dan kulit untuk mengembalikan penampilan mereka," kata Dr Sam Alberti, direktur Museum & Arsip di Royal College of Surgeon.

Sebagai informasi, museum tersebut adalah tempat penyimpanan foto dan arsip lain dari pasien Gillies.

"(Terobosan) yang paling menonjol, Gillies memperkenalkan tangkai tubed yang menggunakan jaringan pasien sendiri untuk membantu bedah rekonstruktif dan mengurangi kemungkinan penolakan jaringan," imbuh Alberti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Telegraph,BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com