KOMPAS.com — Tsunami dan gempa bumi di Palu dipastikan telah terjadi. Bencana tersebut diketahui disebabkan oleh aktivitas sesar Palu Koro. Lantas, apa sesar Palu Koro itu?
"Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral)" ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam konferensi pers BNPB, Sabtu (29/9/2018).
Menurut Sutopo, sesar Palu Koro adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua, dimulai dari batas perairan Laut Sulawesi dengan Selat Makassar hingga ke Teluk Bone. Sesar ini dikatakan sangat aktif hingga pergerakannya mencapai 35 sampai 44 milimeter per tahun.
"Kota Palu berkembang di atas sesar Palu Koro. Sesar Palu Koro merupakan patahan dengan pergerakan terbesar kedua di indonesia, setelah patahan Yapen, Kepulauan Yapen, Papua Barat, dengan pergerakan mencapai 46 milimeter per tahun" ujar Sutopo.
Baca juga: Sesar Palu Koro Harusnya Tidak Menyebabkan Tsunami, Apa yang Terjadi?
"Sesar Palu Koro adalah daerah rawan gempa dengan kemampuan mitigasi yang sangat minim, Meskipun sudah sosialisasi, kita tidak bisa menghindari fenomena gempa bumi dan tsunami," tambahnya.
Menurut dia, gempa ini bukan yang pertama terjadi. Pada tahun 1927, kota Palu pernah mengalami gempa serupa yang menyebabkan 14 orang meninggal. Kemudian pada tahun 1930, gempa menimbulkan tsunami dua meter dan tidak menyebabkan korban.
Kemudian 1996 di selat Makassar, gempa menimbulkan tsunami dengan tinggi 3,4 meter. Lalu tahun tahun 2005 dan 2008 juga pernah terjadi.
Menurut Sukmandaru Prihatmoko dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia, aktivitas sesar Palu Koro sangat kecil kemungkinannya untuk menimbulkan tsunami.
Baca juga: Bagaimana Gempa dan Longsor Berduet Memicu Tsunami Palu? Ini Ceritanya
"Dengan aktivitasnya yang hanya saling menggeser, terutama ini terjadi di darat, seharusnya tsunami tidak terjadi. Bahkan dengan magnitudo gempa 7,4, kecil kemungkinannya untuk tsunami," kata pria yang akrab disapa Daru tersebut.
Faktanya, gempa yang terjadi Jumat kemarin dipastikan menyebabkan tsunami dengan ketinggian 0,5 sampai 3 meter, dan menerjang pantai Talise di Kota Palu dan pantai Barat Donggala.
Sampai saat ini, akibat gempa dan tsunami yang terjadi, komunikasi ke wilayah bersangkutan lumpuh. Hal ini juga berdampak pada pendataan dan pelaporan terkait gempa tidak dapat dilakukan dengan cepat.
Korban meninggal tercatat 384 jiwa. Namun, ini hanya tercatat di kota Palu. Di Donggala, Sutopo mengakui belum mendapat datanya. Ia memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.